Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Qlue: Dari 33.000 RT/RW, yang Komplain Cuma Berapa Puluh Orang

Kompas.com - 30/05/2016, 09:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — CEO Qlue Rama Raditya menyebutkan, jumlah pengurus RT dan RW di Jakarta yang berkeberatan dengan cara kerja baru, yakni melapor via Qlue, hanya sedikit.

"Dari 33.000 RT/RW di Jakarta, yang komplain cuma berapa puluh orang. Justru banyak yang menganggap pakai Qlue ini bagus dan lebih memudahkan ketimbang harus pakai cara lama yang terkendala birokrasi, ke sana ke sini, ini tinggal foto, lapor, di-approve sama lurahnya, begitu saja," kata Rama kepada Kompas.com, Senin (30/5/2016).

Hal itu diungkapkan menyusul ramainya pemberitaan tentang pengurus RT dan RW yang berkeberatan dengan peraturan gubernur (pergub) yang baru, yakni pengurus RT/RW harus melapor tiga kali sehari tentang kondisi di lingkungan tempat tinggalnya via aplikasi Qlue.

Rama berpendapat, dari cerita yang dia dapat saat memantau tanggapan warga menggunakan Qlue di lapangan, ada pengurus RT dan RW yang sedari awal telah menolak untuk belajar bagaimana cara memakai aplikasi Qlue.

Dari penolakan itu, mereka dianggap tidak belajar banyak dan pada akhirnya menjadi ketinggalan dengan pengurus RT/RW lainnya yang sudah terlebih dahulu memanfaatkan Qlue untuk memaksimalkan peran mereka di dalam masyarakat.

"Mungkin memang ketika ada perubahan, belum bisa menyesuaikan cepat-cepat juga. Kami siap kalau diminta pendampingan, walaupun untuk sosialisasi sebenarnya sudah dari lama dilakukan lurah."

"Tetapi, lebih banyak ketua RT/RW yang senang pakai Qlue, mereka malah foto-foto, apa saja. Pas kegiatan jumantik, sampai tahlilan saja difoto," ujar Rama.

Keberatan untuk memberi laporan tiga kali sehari ini terungkap saat pengurus-pengurus RT dan RW menemui anggota DPRD DKI Jakarta Komisi A pada Kamis (26/5/2016) lalu. Mereka datang untuk mengikuti rapat dengar pendapat bersama anggota Komisi A dan eksekutif.

Tujuan mereka adalah menuntut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghapus sistem pemberian insentif berbasis laporan aplikasi Qlue. Menurut mereka, kemajuan teknologi itu begitu menyulitkan.

Bukan karena masalah aplikasi yang tidak bisa digunakan, tetapi masalah kewajiban-kewajiban pengurus RT dan RW yang bertambah setelah adanya Qlue. Dalam sehari, para pengurus RT dan RW diwajibkan untuk menyampaikan laporan melalui aplikasi tersebut.

Salah satu masalah yang mereka keluhkan adalah soal adanya uang Rp 10.000 per laporan untuk RT dan Rp 12.500 per laporan untuk RW. Uang tersebut juga bukan untuk uang pribadi ketua RT dan RW, melainkan untuk uang operasional di lingkungan mereka.

Kompas TV Qlue, Solusi Atau Masalah? (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemda DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemda DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com