Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yophiandi Kurniawan
wartawan

Wartawan Kompas TV yang tertarik di bidang politik, hukum, keamanan, kebijakan publik dan masalah internasional. Saat ini sebagai produser untuk program buletin.

Reklamasi

Kompas.com - 07/06/2016, 04:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seorang nenek memegang kuat-kuat topi di kepalanya. Hembusan angin hampir menerbangkan topinya, saat sedang menyeberang jalan di sebelah utara kota Incheon, Korea Selatan.  Di penghujung April lalu, hembusan angin kencang sering datang tiba-tiba mengiringi hawa dingin yang menyelimuti Korea Selatan.

Melalui taman yang menjadi perlintasan orang-orang yang ingin menuju stasiun kereta, sang nenek masih memegangi topinya. Sang nenek menemui teman-temannya yang sudah menunggu di taman, sambil tertawa-tawa mengamatinya yang hampir kehilangan topi yang melindungi kepalanya dari sergapan hawa dingin.

Lewat Stasiun Unseo, yang berada di ujung taman, warga Incheon dan sekitarnya biasanya bergerak menuju kota-kota lain, termasuk ibukota negara Seoul. Hampir satu jam di kereta, melalui delapan perhentian, pasti akan melihat laut dan gunung berdampingan. Sambil sesekali melihat puluhan truk dan alat berat pengangkut pasir berada di atas tanah kasar warna putih, coklat muda, dan krem.

Alat berat dan truk itu, sedang mereklamasi laut yang kegiatannya bisa dilihat langsung sejak dari stasiun Unseo sampai lima stasiun berikutnya. Tak ada perahu nelayan ditambatkan, kecuali sesekali terlihat ada di tengah laut.

Kota Incheon yang berbatasan dengan Seoul, mengalami penambahan luas daratan pada awal 1990. Daratan yang ditambah membentuk Pulau Yeongjong, tempat bandara internasional Incheon dan berbagai infrastruktur turisme dan pemukiman penduduk dibangun. 

Yeongjong adalah daratan tambahan di sebelah Barat kota Incheon, yang belum ada sampai awal tahun 2000.  Pembangunannya memakan waktu delapan tahun sambil diuji selama setahun lebih. Yang dimaksud diuji adalah apakah tanah di daratan baru itu sudah kuat menahan gedung-gedung yang berdiri diatasnya. Paling tidak informasi ini yang saya dapatkan dari manajer hotel tempat saya menginap.

Soal perahu di tengah laut? Manajer hotel yang asal Seoul itu bilang, mereka bukan nelayan, karena daerah itu awalnya memang bukan pemukiman maupun tempat nelayan cari makan. Hanya saja, di pulau sebelahnya, memang ada pemukiman nelayan dan tempat nelayan cari makan.

Produk-produk nelayan itu yang dijual di Komplek Perikanan Incheon, yang jadi salah satu penarik minat wisatawan di Daerah Ekonomi Khusus Incheon.  Maklum, oleh Seoul—alias pemerintah pusat Korea Selatan, Incheon memang disulap jadi daerah semi wisata, dengan hotel sampai lapangan golf menghampar.

Lebih dari lima puluh hotel di kota ini, yang menawarkan para pelancong ke Korea Selatan yang ingin “harga miring” dengan kondisi hanya sepuluh menit menuju bandara. Ada juga layanan pijat dan spa bagi yang ingin tubuhnya ingin dimanjakan. Tapi jangan berharap gemerlap kota ini seperti Seoul.

Meski tak segemerlap Seoul, raut wajah warga yang saya temui ceria dan gembira. Apalagi hiburan alat permainan tersedia di mesin-mesin permainan yang banyak terdapat di trotoar jalan yang lebar. Sekelompok anak muda dan orang tua bermain sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Sejenak mampir ke Singapura yang sekitar dua jam perjalanan lewat udara dari Indonesia. Di Singapura, sepuluh tahun lalu baru saja membangun Universal Studios di Pulau Sentosa.

Pembangunan Resort World Sentosa sendiri menelan biaya sebesar 4,93 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 69,3 triliun.
Pulau yang juga buatan ini tak cuma menampung wadah bermain yang studio aslinya ada di Hollywood, tapi juga kasino. Di kasino ini, tinggal tunjukkan paspor, Anda bisa masuk dan bila ingin, sekedar melihat-lihat. Menuju pulau ini, kita akan melalui jembatan yang bisa melihat bagaimana laut dipelihara dengan baik.

Dua negara ini contoh dari beberapa negara yang sukses membangun pulau buatan. Berbeda dengan kedua negeri ini, yang telah banyak membangun pulau buatan dan masih membangun, di Indonesia, reklamasi jadi kontroversi.

************

Rabu akhir Mei 2016 lalu, para penggugat reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta bergembira. Hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara memenangkan para nelayan dan lembaga bantuan hukum yang menggugat pembangunan pulau di atas laut di bibir sebelah utara Jakarta itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com