Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ahok Tegur Relawan Pendukungnya

Kompas.com - 07/06/2016, 07:09 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Peristiwa dua orang pendiri "Teman Ahok", yaitu Amalia Ayuningtyas dan Richard Handris, tak diizinkan masuk ke Singapura pada Sabtu lalu dan kemudian dideportasi sehari setelahnya menarik perhatian banyak orang, termasuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Saat mengomentari kejadian tersebut, Ahok bercerita tentang awal mula dia mendengar kabar itu. Sejak awal, kata Ahok, Teman Ahok tidak pernah berkomunikasi dengan dirinya terkait rencana mereka berangkat ke Singapura. Ahok baru tahu relawan pendukungnya terbang ke Singapura setelah ada kabar penahanan oleh pihak Imigrasi.

"Saya enggak tahu, saya juga tahunya setelah mereka ditahan. Ada orang kirimin saya bahwa ini ditahan di Imigrasi," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (6/6/2016).

Ahok mengatakan, ketika itu, Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar, mencarinya untuk memberi kabar soal Teman Ahok. Lewat Anil, Ahok pun mendapat penjelasan soal Amalia dan Richard yang tertahan di Imigrasi.

Ahok tidak membenarkan apa yang dilakukan Amalia dan Richard itu. Sebab, Ahok mengatakan, Pemerintah Singapura sudah mengetahui rincian acara di sana. Pernyataan Teman Ahok bahwa rundown acara sudah berubah dinilai terlambat.

Sebelumnya, dalam undangan pertama yang diterima langsung Kompas.com dari juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, pada 31 Mei, acara di Singapura dikatakan merupakan "meet up with Teman Ahok" yang bertajuk "Menuju Indonesia Lebih Baik, Festival Makanan Indonesia".

Di dalam rincian undangan tersebut, terdapat sesi sharing dengan Teman Ahok dan tanya-jawab yang rencananya diisi oleh Amalia dan Richard dari Sekretariat Teman Ahok. Ada juga penjualan merchandise Teman Ahok dan pengumpulan data KTP DKI Jakarta dibuka bagi yang ingin memberikan dukungan kepada pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Heru Budi Hartono untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Namun, undangan itu kemudian direvisi. Kompas.com menerima undangan yang direvisi itu dari Boediman pada hari Minggu, 5 Juni. Dalam undangan terbaru, tidak tertulis adanya pengumpulan data KTP dan penjualan merchandise Teman Ahok.

Yang tertulis hanyalah aneka makanan dan jajanan yang disajikan dalam festival makanan itu. Logo Teman Ahok yang semula ada di undangan pertama pun dihilangkan.

"Rupanya, orang Singapura sudah tahu semua kegiatan ini. Terakhir dia (Teman Ahok) ubah (rundown), dia bilang 'enggak-enggak' (kumpulin KTP) pun dianggap Singapura sudah niat," ujar Ahok.

"Enggaklah, niat kamu sudah jelas mau ngumpulin KTP, jual marchandise, mau kumpul-kumpulkan. Itu ada di brosur pertama," ujar Ahok.

Meskipun panitia mengaku sudah mengubah brosur undangan, Ahok mengatakan, niat awal mereka sudah dicatat Pemerintah Singapura. Meski isi acara sudah diganti, panitia acara dan Teman Ahok sudah memiliki niat untuk melakukan kegiatan politik di negara orang lain.

"Bagi orang Singapura, ganti enggak ganti (acara), tetapi kamu sudah niat. Jadi, ya enggak boleh," ujar Ahok.

Teguran

Meski Teman Ahok adalah pendukungnya, Ahok tetap tidak membenarkan sikap mereka. Ahok juga tidak ingin kejadian yang menimpa Teman Ahok di Singapura kembali terulang.

Dia akhirnya mengimbau kepada Teman Ahok dan semua pendukungnya yang lain untuk taat aturan jika memberi dukungan.

"Kami mengimbau orang yang mau dukung saya itu ya harus perhatikan aturan juga. Jangan terlalu semangat sampai aturan itu dilanggar," ujar Ahok.

Ahok mengatakan, hal tersebut akan merugikan mereka sendiri jika memaksa melanggar aturan. Terlebih lagi, aturan yang akan dilanggar adalah aturan di negara lain.

"Jadi stres sendiri akhirnya kan, dipanggil begitu," kata Ahok.

Kompas TV Ahok Tegur Relawan "Teman Ahok"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com