JAKARTA, KOMPAS.com - Melayani masyarakat terkadang harus mengorbankan kepentingan pribadi dan keluarga. Saat semua orang bergembira berkumpul bersama keluarga pada momen Lebaran, hal itu tidak dirasakan oleh para petugas operasi kendali kereta api.
Mereka adalah para petugas yang mengendalikan perjalanan kereta api se-Jabodetabek.
Ahmad Zaini, salah satu petugas yang bekerja di pusat kendali kereta api, menuturkan pengalamannya selama bekerja di hari Lebaran.
Zaini yang sudah 16 tahun bekerja di Pusat Kendali Daop 1 Jakarta ini mengatakan, ini bukan pertama kalinya dia meninggalkan keluarga saat Lebaran.
Hampir setiap tahun, momen Lebaran dilewati di dalam gedung bertingkat empat, tempat kendali kereta api. Ada rasa sedih yang sering menghinggapi Zaini ketika pamit untuk bekerja saat Lebaran.
Dia tak menampik bahwa terkadang ada keluhan dari keluarganya. Awalnya, lanjut Zaini, cukup sulit untuk memberikan pengertian kepada keluarga, namun lama kelamaan, keluarga mengerti dan mendukung pekerjaannya.
"Ya kadang ada juga ngeluhnya, namanya manusia. Tapi saya sampaikan ke keluarga saya bekerja untuk masyarakat kan juga untuk keluarga," ujar Zaini kepada Kompas.com, Kamis (7/7/2016).
Bahkan tak jarang, ketika hari pertama Lebaran, seluruh keluarganya diajak untuk berlebaran di kantor. Bukan hanya Zaini, sejumlah keluarga petugas lainnya juga melakukan hal yang sama.
Selama 16 tahun bekerja, Zaini menyebutkan, baru dua kali dia bisa melaksanakan shalat Id. Zaini mengatakan, pekerjaannya menuntut untuk selalu berada 24 jam di lapangan meski jam kerjanya layaknya pegawai biasa.
Tak hanya Zaini, ada Subakir yang juga merasakan hal serupa dengan Zaini. Laki-laki berusia 52 tahun yang saat ini menjabat sebagai Direktur Operasi dan Pemasaran PT KCJ. Namun jabatan yang lebih tinggi tidak membuat Subakir dibedakan dari petugas lainnya.
Subakir juga diwajibkan untuk tidak boleh libur selama Lebaran. Subakir yang telah 33 tahun bekerja di perkeretaapian Indonesia, mengaku baru empat kali menikmati Lebaran bersama keluarga. Selebihnya, dia habiskan di lapangan.
Memiliki satu anak yang sudah besar memudahkan Subakir untuk memberikan pengertian kepada keluarga tentang pekerjaanya.
Pria yang mengawali karir menjadi juru parkir kereta ini memiliki prinsip untuk selalu mendahulukan pelayanan kepada masyarakat dibanding kepentingan pribadinya sendiri. Terlebih pekerjaannya menuntut respon yang cepat serta ketelitian.
"Keluarga sudah diberi tahu kalau bekerja di kereta api harus betul-betul, jangan sampai pengguna kereta merasa resah Tujuannya karena amanat besar di dalam pekerjaan ini, yaitu memastikan setiap penumpang selamat sampai tujuan," ujarnya.
Subakir dan para petugas lainnya menganggap bahwa melayani masyarakat juga merupakan sebuah ibadah.