TANGERANG, KOMPAS.com — Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mutiara Bunda, Senin (18/7/2016) siang, mengadakan pertemuan dengan orangtua pasien yang merasa menjadi korban vaksin palsu. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Serang Mohammad Kashuri menyampaikan hasil temuannya di RSIA Mutiara Bunda.
Menurut Kashuri, RSIA Mutiara Bunda teridentifikasi menggunakan vaksin palsu dengan jenis Tripacel.
"Hanya vaksin Tripacel yang isinya tidak sesuai. Terkait dengan temuan ini, kami sampaikan ke Dinas Kesehatan untuk tindak lanjuti kemudian biar proses hukum meneruskan," kata Kashuri dalam pertemuan tersebut.
Kashuri menuturkan, temuan yang ia ungkapkan berdasarkan pengambilan sampel pada 23 Juni 2016.
Adapun dr Arief Budiman selaku Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Banten menjelaskan bahwa vaksin Tripacel adalah vaksin untuk mencegah DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus).
"Yang kami temukan dalam vaksin palsu, itu tidak semua komponen bakterinya dimasukkan. Sehingga, efek imunisasi yang efek demamnya lebih rendah kurang," kata Arief.
Arief pun menyatakan bahwa bahaya vaksin palsu hanya terdeteksi sesaat setelah vaksin disuntikkan, yaitu berupa alergi. Jika setelah terpapar vaksin palsu dan tidak terjadi efek samping pada tubuh pasien, maka Arief menilai tidak bahaya.
"Yang paling kita perhatikan apabila memang palsu, maka kekebalan tubuh yang kita harapkan tidak akan muncul. IDAI setuju vaksin ulang menggunakan vaksin yang setara, disediakan pemerintah dan melalui persetujuan orangtua," ujarnya.
Dalam pertemuan tersebut, pihak manajemen atau direktur RSIA Mutiara Bunda tidak hadir. Belum diketahui sejak kapan vaksin Tripacel palsu digunakan di RSIA Mutiara Bunda. Saat ini, pihak BPOM dan Kementerian Kesehatan masih memeriksa data rumah sakit tersebut.