Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Romantisisme Angkutan Lingkungan Sunda Kelapa

Kompas.com - 18/07/2016, 20:40 WIB

Di bawah terik matahari dan paparan debu di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Nur (42) mengendarai sepeda ontelnya. Berbagi jalan dengan truk-truk besar yang mengangkut barang dari dan menuju gudang penimbunan barang bukan masalah bagi pria kurus tersebut.

Nur adalah pengojek sepeda yang bertahan mencari penghasilan di Pelabuhan Sunda Kelapa. Meski pelabuhan tak seramai 5-10 tahun lalu, ditambah perkembangan ojek motor berbasis aplikasi, eksistensi ojek sepeda belum habis, bahkan masih menjadi moda andalan.

Saat ini ada sekitar 15 ojek sepeda mangkal di tiga pos berbeda, dua di dekat gerbang dan satu di dalam pelabuhan. Pengguna jasa ojek ialah pegawai kantor di pelabuhan, awak kapal, hingga buruh angkut. "Di hari-hari biasa bisa antar 15-20 orang," ujar Nur, pekan lalu.

Nur mengatakan, berkembangnya ojek daring membuat pengguna jasa ojek sepeda di Sunda Kelapa berkurang. Namun, ongkos yang murah membuat ojek sepeda tetap dipilih sebagai moda utama keluar-masuk pelabuhan sepanjang sekitar 1 kilometer itu.

Dari gerbang ke dalam pelabuhan, ongkosnya Rp 5.000-Rp 10.000, bergantung jarak yang ditempuh. "Kalau dari gerbang sampai ujung pelabuhan biasanya Rp 7.000, tetapi banyak yang memberi lebih. Jarak dekat Rp 5.000," kata Nur, yang mengojek sepeda sejak 2008.

Dalam sehari, Nur bisa mengantongi minimal Rp 70.000. Jika sedang ramai, pendapatan pria asal Kebumen, Jawa Tengah, tersebut mencapai Rp 100.000. Selain untuk makan, sisa uang dia tabung untuk ditransfer setiap minggu ke istrinya di kampung halaman.

Jalan-jalan di Kota Tua

Pengojek lainnya, Dede (37), memiliki lima pelanggan. Jumlah pendapatannya terbantu oleh para langganan itu. "Kalau hanya mangkal dan menunggu yang butuh, susah," ucap Dede.

Para langganan tersebut umumnya pegawai kantoran yang meminta diantar untuk berbelanja berbagai keperluan di pertokoan yang letaknya di luar pelabuhan. Dihubungi lewat telepon seluler, Dede sigap mengantar jemput pelanggannya.

Sementara Mansyur (41) menuturkan, para anak buah kapal di pelabuhan kerap kali minta diantar untuk jalan-jalan ke Kota Tua dengan tarif Rp 15.000. Dia juga kerap mengantar para nakhoda kapal yang hendak pulang kampung ke sejumlah daerah membeli tiket pesawat.

Salah seorang pengguna jasa ojek sepeda adalah Sunarya (52), yang sehari-sehari bekerja sebagai pekerja di Gudang 4 Pelabuhan Sunda Kelapa. Menurut dia, tarif ojek sepeda sangat terjangkau dan cukup membantu ketika sedang dikejar waktu.

"Kalau saya mau pulang ke Karawang, membawa barang, capek juga jalan kaki sampai gerbang. Adanya ojek sepeda jelas meringankan," kata Sunarya.

Sementara itu, Sarjaya (45), buruh angkut barang di Pelabuhan Sunda Kelapa, menilai, ojek sepeda lebih diminati karena kebanyakan sama-sama berasal dari daerah di luar Jakarta. "Jadi lebih enak. Lama-lama jadi kenal," ucapnya.

Bagus dari Humas PT Pelindo II Cabang Pelabuhan Sunda Kelapa mengatakan, pihaknya tidak pernah melarang ojek sepeda beroperasi di pelabuhan. Namun, ada beberapa area yang tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa sedang dalam penataan. Sekitar dua tahun mendatang, tidak ada lagi perkantoran di dalam pelabuhan.

Kendati demikian, hal itu diharapkan tidak benar-benar melenyapkan ojek sepeda yang bernilai historis. Bisa jadi ojek sepeda dikembangkan layaknya rickshaw, becak yang ditarik manusia yang kini menjadi salah satu atraksi wisata untuk turis di Singapura dan Hongkong.

(C03)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Juli 2016, di halaman 26 dengan judul "Romantisisme Angkutan Lingkungan Sunda Kelapa".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Megapolitan
Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Megapolitan
Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Megapolitan
Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Megapolitan
Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Megapolitan
Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Megapolitan
Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Megapolitan
JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Megapolitan
Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi 'Deka Reset' Ditangkap

1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi "Deka Reset" Ditangkap

Megapolitan
'Mayor' Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

"Mayor" Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com