Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Cerita Pentingnya Parpol dan Pilihannya Jadi "Freelance"

Kompas.com - 11/08/2016, 17:26 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tergelitik mendengar pertanyaan dari salah seorang Kakak SabangMerauke di Balai Kota Jakarta, Kamis (11/8/2016).

Hasmul, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, menanyakan pentingnya peran partai politik dalam kehidupan berbangsa serta soal keputusan Ahok yang akhirnya memilih maju melalui jalur partai politik dari sebelumnya ingin maju lewat jalur perseorangan dengan dukungan "Teman Ahok".

"Mudahnya, kalian lihat kan di ruangan ini ada berapa pilar? Ada 12 pilar, kalau (pilar) roboh, mati kita semua," kata Ahok saat menerima kadatangan Adik SabangMerauke, di Balai Kota.

Ia mengibaratkan hal itu dengan keberadaan partai politik di Indonesia. Ahok mengatakan, sesuai undang-undang, pilar demokrasi adalah partai politik. Tak ada partai politik, maka demokrasi Indonesia akan hancur.

Selama berpolitik, Ahok sudah tiga kali bergabung dengan partai politik, mulai dari Partai Indonesia Baru (PIB), Golkar, dan Partai Gerindra.

Ia menceritakan, alasannya hengkang dari PIB karena tak sepaham dengan calon gubernur yang diusung pada Pilkada Bangka Belitung. Lalu Ahok pindah ke Jakarta dan menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar.

Namun, lagi-lagi ia memilih hengkang dari partai berlambang pohon beringin tersebut. Alasannya, tak diizinkan maju pada Pilkada DKI Jakarta 2012.

"Ada aturan baru juga kalau anggota DPR saat itu maju pilkada harus atas persetujuan DPP. Emang gue pikirin, masa hak saya dizalimi," kata Ahok.

Akhirnya ia bergabung dengan Partai Gerindra yang mengusungnya sebagai calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Seiring berjalannya waktu, Ahok merasa tak lagi sejalan dengan partai besutan Prabowo Subianto tersebut.

Puncaknya ketika Partai Gerindra menginstruksikan semua kader untuk mematuhi revisi UU Pilkada. Dalam salah satu klausul revisi itu adalah pemilihan kepala daerah oleh DPRD, bukan masyarakat.

"Kalau pemilihan sama DPRD, saya langsung diberhentikan, habis diperes. Kalau pemilihan langsung kan prosesnya lama," kata Ahok.

Hingga saat ini, Ahok memilih tidak bergabung dengan partai politik mana pun. Meskipun demikian, pada Pilkada DKI Jakarta 2017 ia akan diusung oleh tiga partai politik, yakni Partai Nasdem, Hanura, dan Golkar.

"Istilahnya kalau pilar atau tiang yang satu sudah tidak baik, pindah ke tiang yang lain. Tapi, sekarang saya pilih freelance saja," kata Ahok yang disambut tepuk tangan peserta SabangMerauke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com