Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga Menunggu Keberanian Ahok Gusur Bangunan Milik "Pelanggar Berduit"

Kompas.com - 29/08/2016, 07:23 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hujan deras yang mengguyur Jakarta, Sabtu (27/8/2016) lalu, menyebabkan sejumlah kawasan di Jakarta Selatan dilanda banjir. Salah satu kawasan yang parah dilanda banjir adalah Kemang.

Di kawasan itu beberapa bangunan komersial termasuk superblok Kemang Village yang dikembangkan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dibanjiri air setinggi lebih dari 40 sentimeter. Mobil-mobil mewah dan sepeda motor yang diparkir di Kemang Village juga terendam banjir  dan tak sempat dipindahkan.

Jika menilik sejarahnya, Kemang memang merupakan daerah yang peruntukannya sebagai daerah resapan air dengan hunian terbatas. Kemang adalah salah satu kawasan di Jakarta Selatan yang mengalami pembangunan pesat tetapi tak sesuai peruntukan.

Dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) 2005 (1985-2005), kawasan yang menjadi bagian daerah aliran Sungai Krukut itu ditetapkan sebagai kawasan permukiman dengan pengembangan terbatas karena fungsinya sebagai daerah resapan air.

Kenyataannya, saat ini Kemang dikenal sebagai kawasan komersial yang dipadati kafe, restoran, dan hotel. Fakta itu diakui Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Ahok bahkan mengatakan, seharusnya tak boleh ada bangunan yang didirikan di area yang kini berdiri Kemang Village.

"Tapi dulu ada kajian, dia (LPKR) membuat bak tampungan, boleh katanya. Sekarang pertanyaan saya, dia mau buka bak tampungannya enggak kalau air datang? Kemang village harusnya buat tampungan, dia enggak lakukan," kata Ahok, di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Jakarta, Minggu kemarin.

Sebelum Kemang terlanda banjir Sabtu lalu, Ahok sempat beberapa kali menyatakan Pemerintah Provinsi DKI sudah berupaya ingin mengembalikan Kemang menjadi daerah resapan air.

Cara yang dilakukan adalah dengan menawarkan kepada para pemilik hunian di sejumlah lokasi untuk menjual tanahnya kepada pemerintah provinsi. Pemprov DKI ingin membangun banyak rumah pompa dan waduk di kawasan itu.

Menurut Ahok, hunian yang ingin dibeli adalah hunian yang sebenarnya berdiri di atas saluran air. Saat ini, kata dia, banyak rumah di kawasan Kemang yang berada di atas saluran air.

Ahok menilai, keberadaan rumah-rumah warga di atas saluran air menyebabkan penyempitan saluran, dari sebelumnya sekitar 20 meter menjadi tinggal 3 meter.

Dokumeentasi LPKR Pintu Air di Kolam Retensi Kemang Village, Jakarta Selatan.
Namun, ia mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalami kesulitan mengembalikan saluran air seperti semula. Sebab, berbeda dengan permukiman di bantaran Ciliwung, semua rumah di Kemang yang berada di atas saluran air adalah rumah yang bersertifikat hak milik.

Menurut Ahok, Pemprov DKI sudah menawarkan kepada warga untuk menjual rumah beserta tanahnya dengan harga pasaran. Namun, ia menyebut para pemilik menolaknya.

"Saya pikir lahan dua hektar itu saya bisa bikin waduk dan bisa menolong. Tapi yang punya (lahan), enggak mau jual. Nah itu peruntukan bisnis, saya enggak bisa maksa," kata Ahok.

Selama ini, Ahok dikenal tegas terhadap permukiman warga kecil yang keberadaannya dianggap melanggar aturan, seperti permukiman warga di sepanjang bantaran Kali Ciliwung di Kampung Pulo, Bukit Duri, maupun Bidara Cina. Ataupun permukiman di Waduk Pluit dan di pesisir pantai utara di Pasar Ikan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com