Dalam usia 85 tahun, di mana tubuh tak lagi sekuat kala masih usia 30-an, Gerson Poyk tersenyum bahagia ketika karya-karyanya dibacakan di atas panggung Galeri Indonesia Kaya, West Mall Grand Indonesia pukul 15.00 WIB 3 September 2016 lalu.
Ya, tak ada yang lebih menggembirakan tatkala para selebriti dan penikmat sastra memenuhi gedung megah dengan disain yang menampilkan beragam destinasi alam yang memikat dari seluruh Nusantara. Mereka yang membacakan karya-karya Sang penulis kelahiran Baa, Rote, NTT pada tahun 1931 ini terdiri dari Jodhi Yudono, Ratih Sang, Jose Rizal Manua, Rita Matu Mona, dan Ingrid Widjanarko.
Kelimanya membacakan karya-karya Gerson Poyk dengan ekspresif, teknik blocking, gesture dan permainan nada suara yang menawan. Bahkan Ratih Sang menitikkan air mata tatkala membacakan cerpen Gerson Poyk yang berjudul Kain Tenun, sebuah kisah tentang perempuan penenun di Lembata dan penangkapan ikan paus yang menghilangkan laki-laki yang dicintainya, menjadikan cerpen ini penuh dengan nuansa NTT yang kental. Menurut sang penulis, cerpen Kain Tenun, Penjual Kerbau (yang dibacakan oleh Jodhi Yudono, merupakan kisah masa kecilnya kala berada di Flores).
Melalui Master Ceremony (MC) Kurnia Effendi, dialog yang penuh keakraban terjadi erat antara pembaca dan penonton. Pementasan pembacaan cerita pendek karya Gerson Poyk ini sekaligus menjadi tribute yang dipersembahkan oleh pecinta seni yang tergabung dalam kelompok Sana Sini Seni Jakarta, yang mulai mengepakkan sayap untuk mementaskan sekaligus memberikan penghargaan kepada para seniman/budaywan/sastrawan Indonesia atas karya-karya yang mereka hasilkan.
"Meski bentuknya sederhana, paling tidak ada appreciate untuk mereka," ucap Jodhi Yudono, salah satu penyelenggara dari kegiatan ini di sela-sela acara.
Jodhi menambahkan, acara ini sebetulnya telah dia angankan lama. "Semenjak mengenal pertama kali tulisan Pak Gerson pada awal tahun 90'an, melalui kumpulan cerpen berjudul 'Di Bawah Matahari Bali', saya langsung jatuh cinta. Semenjak itu, setiap kali cerpen Pak Gerson muncul di Harian Umum Kompas, saya tak pernah absen membacanya. Maka saya pun bera ngan-angan, suatu hari kelak saya ingin menghormato Pak Gerson dengan cara saya. Nah, hari ini penghormatan kepada Pendongeng dari Timur kami berikan kepada beliau," ungkap Jodhi terharu.
Kumpulan cerpen Di Bawah Matahari Bali memuat empat cerpen. Tiga di antaranya bersetting Bali. Cerpen-cerpen Gerson Poyk ini memuat kritik sosial. Tokoh-tokohnya adalah orang biasa yang mempunyai jalan hidup yang tidak mudah. Seni sudah menyatu dalam kehidupan di pulau Bali. Program pemerintah yang ingin menarik wisatawan sebanyak-banyaknya membuat setiap orang menjadi duta pariwisata.
Namun perkembangan pariwisata tidak hanya mengundang turis dan uang, tetapi juga mendatangkan wanita-wanita penghibur dari luar Bali. Turis asing maupun domestik ingin mencicipi kenikmatan duniawi di pulau yang seindah surga ini.
Begitulah, pentas yang berlangsung selama kurang lebih dua setengah jam, menjadi ajang kenangan yang tak terlupakan dari karya-karya seorang sastrawan asal NTT Gerson Poyk. Suara riuh dan tepuk tangan penonton kala seluruh pembaca cerpennya terdengar, sang penulis yang kerap merasa kurang fit akibat penyakit encok dan asam urat, tersenyum penuh haru.
Semoga tanah kelahirannya juga bisa melakukan hal yang sama, sebab ke mana pun ia melangkah, di mana pun karya-karyanya tersebar, ia selalu mengucapkan dan bercerita dengan rasa bangga tentang pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, tanah kelahiran yng selalu ada di dalam jiwa dan raganya. (Fanny Jonathans/JY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.