Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pilkada DKI 2017 Minim Kader Parpol?

Kompas.com - 26/09/2016, 11:04 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada kader partai politik (parpol) yang diusung sebagai calon gubernur pada Pilkada DKI 2017. Dari tiga pasangan calon yang ada, sejumlah parpol pasang kadernya pada posisi calon wakil gubernur. Bahkan satu pasang calon, yaitu pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni dua-duanya bukan kader partai.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah diusung PDI-P, Hanura, Nasdem dan Golkar. Ahok  tak memiliki partai.

Anies Baswedan diusung Partai Gerindra dan PKS. Anies juga bukan kader partai. Anies lebih dikenal di dunia pendidikan dan terakhir menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Agus Harmurti Yudhoyono dan Sylviana Murni diusung oleh Partai Demokrat, PKB, PAN dan PPP. Agus merupakan putra Ketua Umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Agus selama ini berkarir di TNI. Sementara Sylviana merupakan birokrat yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Gubernur Bidang Pariwisata dan Kebudayaan DKI.

Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jeirry Sumampow menilai, ketidakpercayaan masyarakat terhadap kader partai menjadi salah satu alasan parpol mengusung calon non-partai. Jeirry menjelaskan, warga Jakrta sering disuguhi perangai politisi yang mencla-mencle". Masyarakat menilai hal itu sebagai bentuk ketidakkonsistenan kader serta parpolnya.

Menurut Jeirry, kalaupun masyarakat memilih parpol, itu karena keterpaksaan.

Parpol, kata Jeirry, memilih figur non-partai sebagai strategi untuk mendulang suara. Figur seperti Ahok dan Anies dinilai telah dikenal masyarakat serta memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Jakarta.

"Memajukan orang partai tidak strategis untuk partai, bisa jadi bunuh diri karena seperti mengantarakan diri sendiri ke kekalahan. Jadi kan semua ingin menang, jadi pilihannya harus orang yang profesional," kata Jeirry dalam diskusi publik di Jakarta Pusat, Minggu (25/9/2016).

Peneliti Statesmanship & Political Campaign (PARA Syndicate), Fahri Huseinsyah, menjelaskan, parpol memang kini lebih terbuka terhadap figur tertentu untuk diusung sebagai calon kepala daerah.

Menurut Fahri, itu merupakan strategi pragmatis untuk memperluas basis pemilih dan peluang menang.

"Memang dalam kandidasi sekarang itu partai fleksibel. Ini membuktikan kalau partai itu terbuka dengan tren publik terhadap figur tertentu," kata Fahri saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Masykurudin Hafidz, menilai partai politik telah gagal melakukan kaderisasi untuk memunculkan calon pemimpin yang diinginkan rakyat.

Menurut dia, hal itu terjadi karena parpol tidak mementingkan kualitas saat menentukan calon yang diusung. Parpol lebih memilih mengusung calon dengan modal keuangan yang besar dan popularitas yang tinggi. Akibatnya, partai tidak terlalu peduli dengan kaderisasi yang harus dilakukan.

"Dari tiga calon gubernur (DKI), tidak ada yang kader internal partai. Ini membuktikan bahwa proses kaderisasi di partai politik kurang akseleratif sehingga partai harus mencari dari luar," kata Masykurudin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com