Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Penggusuran di Bukit Duri Bisa Berlangsung Tanpa Ada Bentrokan?

Kompas.com - 29/09/2016, 08:25 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Suara-suara perlawanan berkumandang di RT 06 RW 12 Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (28/9/2016) pagi kemarin, saat para petugas Satpol PP dan sejumlah alat berat hendak merobohkan rumah-rumah warga di sana.

Kumandang suara perlawanan itu merupakan bagian dari momen penertiban permukiman di Bukit Duri yang berada di bantaran Sungai Ciliwung. Suasana penertiban dalam rangka menormalisasi Ciliwung itu cukup tegang.

Sebanyak 900 aparat gabungan diturunkan ke lokasi. Di antara mereka ada yang dipelengkapi peralatan anti huru hara seperti rotan, tameng dan gas air mata.

Namun situasi berlangsung kondusif hingga alat berat selesai meratakan rumah-rumah warga.  Tidak ada adu kekerasan fisik antara warga dan petugas.

Saat para petugas masuk ke permukiman, warga bahkan menyambut mereka dengan memberikan bunga. Warga lainnya memilih fokus mengemas perabotan mereka. Ada pula yang tak segan meminta bantuan petugas Satpol PP untuk mengemas perabotan.

Situasi itu kontras dengan penertiban di Kampung Pulo, tetangga Bukit Duri yang hanya dipisah Sungai Ciliwung. Pada Agustus 2015, penertiban di Kampung Pulo, untuk tujuan normalisasi Ciliwung juga, diwarnai bentrokan antar aparat dan warga. Para pemuda, remaja, bahkan orang dewasa, melawan aparat. Sejumlah orang jadi korban.

Tak hanya di Kampung Pulo, dalam semua penertiban permukiman yang dianggap liar selama ini, selalu diwarnai bentrokan fisik. Yang paling akhir di Rawajati, Kalibata, Jakarta Selatan. Pada penertiban-penertiban sebelumnya juga seperti itu, sebut saja di Waduk Pluit, atau di Luar Batang.

KOMPAS.com / RODERICK ADRIAN MOZES Proses pembongkaran rumah warga Bukit Duri, Tebet, Jakarta, Rabu (28/9/2016). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan yang berbatasan langsung dengan sungai Ciliwung dan akan merelokasi warga ke Rusun Rawa Bebek.
Mengapa Berbeda?

Sebagian besar warga Bukit Duri sudah direlokasi ke Rusun Rawa Bebek sejak diberikan surat peringatan I dan II. Sementara sebagian lain ada yang pindah ke kerabat atau memilih menyewa kontrakan.

Sampai pertengahan September 2016 tercatat 270 kepala keluarga (KK) warga Bukit Duri pindah ke rusun. Total ada 363 rumah yang mesti dibongkar di Bukit Duri.

Hanafi (87) warga Bukit Duri RT 06 RW 12 mengatakan, masyarakat setempat pasrah dengan penggusuran itu.

"Kalau orang sini sebetulnya sadar, enggak mau melawan pemerintah," kata pensiunan Bea Cukai itu, kemarin.

Warga mengedepankan cara-cara damai menghadapi petugas. Warga juga sedang menggugat pemerintah di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan PTUN.

"Kami diusahakan agar dapat penggantian," ujar Hanafi.

Namun pemerintah hanya akan membayar lahan warga yang memang punya sertifikat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com