Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Sopir Truk di Pelabuhan Tanjung Priok soal Praktik Pungli

Kompas.com - 14/10/2016, 19:56 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sejumlah sopir truk angkutan barang mengeluhkan praktik pungutan liar (pungli) yang diduga dilakukan oknum petugas Dinas Perhubungan dan oknum kepolisian.

Jajah, seorang sopir truk yang mengangkut barang-barang ekspor dari Tanjung Priok, Jakarta Utara, menuju Bekasi, mengaku sering membayar pungli yang dilakukan oknum petugas Dishub DKI Jakarta dan oknum petugas polisi.

Jajah menceritakan, dalam sekali perjalanan dari Tanjung Priok menuju Bekasi, lebih dari enam kali dirinya harus membayar pungli dengan modus biaya retribusi sebesar Rp 5.000-Rp 10.000.

Menurut Jajah, para sopir truk mencurigai adanya warga sipil yang mengenakan seragam mirip petugas Dishub untuk memungut biaya retribusi dari para sopir. Biaya retribusi itu diminta saat truk tengah melintas.

Selain oknum Dishub, Jajah juga mengaku sering menghadapi oknum polisi yang sengaja mencari-cari kesalahan para pengemudi truk.

"Biasanya dia (petugas) nanya dulu nih, SIM, STNK, kalau lengkap dia lihat pentil ban. Kalau lengkap nih, dia bilang 'udah, uang rokok aja deh'," ujar Jajah, saat ditemui Kompas.com di Tanjung Priok, Jumat (14/10/2016).

(Baca: Menpan-RB: PNS Jangan Main-main dengan Pungli)

Jajah mengatakan, selalu ada alasan yang digunakan oknum polisi untuk menekan sopir truk. Seperti ketinggian barang yang diangkut melebih aturan dan sebagainya.

Menurut Jajah, berdebat dengan oknum petugas kepolisian juga tidak akan berhasil karena tetap akan diminta "berdamai" di tempat. Minimal, kata Jajah, sopir harus mengeluarkan uang sebesar Rp 100.000 agar tidak ditilang.

Sopir truk lainnya, Hendi, juga mengatakan masih ada oknum polisi yang melakukan pungutan menggunakan ancaman. Hendi mengaku pernah diminta membayar Rp 200.000 oleh oknum petugas kepolisian hanya karena dianggap lama berhenti ketika diminta berhenti.

"Kalau paling banyak itu sebenarnya kesalahan kecil. Kadang mereka yang minta (damai), kadang kami," ujar Hendi.

Hendi mengatakan, tidak ada anggaran khusus yang disediakan perusahaannya untuk pungli di lapangan. Tak jarang Hendi harus merogoh kantongnya sendiri untuk membayar seluruh pungutan tersebut.

Adapun Wiro, mengaku telah 20 tahun menjadi sopir truk dan mengatakan pungli sering dialami ketika melintasi wilayah Bekasi. Menurut Wiro, pungli tersebut sering diminta oknum petugas yang berpakaian mirip petugas Dishub. Biasanya Wiro memberikan uang sebesar Rp 5.000 bagi oknum petugas tersebut.

"Saya nggak pernah tahu mereka apa dia petugas atau bukan, kalau dia minta ya kita kasih. Malas ngurus-ngurusin yang begituan, lebih baik kita nyampe tempat (lokasi pengantaran barang), udah pulang," ujar Wiro.

Saat ini, pemerintah sedang gencar berusaha memberantas pungli. Presiden Joko Widodo bahkan menyatakan agar oknum petugas yang terlibat pungli untuk ditangkap dan dipecat.

Kompas TV Jokowi: Tangkap dan Pecat Pihak Terlibat Pungli!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com