JAKARTA, KOMPAS.com - Polri mengkategorikan pengunjuk rasa di kawasan Istana Presiden pada Jumat (4/11/2016) menjadi kelompok damai dan kelompok rusuh.
"Kami melihat ada kelompok yang ingin damai, tapi ada kelompok yang ingin rusuh," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Boy Rafli Amar di Kompleks Mabes Polri, Sabtu (5/11/2016).
Kelompok yang ingin damai, lanjut Boy, sudah pulang ke rumah masing-masing setelah perwakilan mereka diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla dan mencapai kesepakatan.
Sementara, kelompok yang ingin rusuh, masih bertahan di sekitar Istana meskipun perwakilan mereka sudah diterima pemerintah.
Tak hanya itu, mereka memprovokasi aparat dengan sejumlah aksi anarkis. Salah satu aksi provokasi adalah dengan melempari para petugas dengan menggunakan batu, botol dan pecahan kaca.
Selain itu, ketika hendak dibubarkan, mereka melawan balik dengan cara memukul dengan bambu runcing. Salah satu pelaku kerusuhan sempat tertangkap kamera polisi. Boy menunjukkan foto pelaku itu.
"Ini salah satu contoh saja (sambil menunjukkan foto salah satu pelaku kerusuhan). Tapi tidak hanya satu orang ini saja yang menyerang dengan bambu runcing. Ada juga yang pakai botol, batu, segala macam dilempar," ujar Boy.
"Ini adalah contoh kecil momen memprovokasi yang dilakukan terus menerus. Apakah ini bagian dari unjuk rasa yang dilakukan para ulama? Atau elemen lain yang memang dengan sengaja datang untuk menciptakan kerusuhan?" lanjut dia.
Sejauh ini, sebanyak 10 orang demonstran ditangkap dan diperiksa. Sejauh ini, belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka.
Usia mereka beragam, mulai dari yang paling muda 16 tahun hingga 38 tahun. Kesepuluh orang yang diduga provokator itu kebanyakan bukan berasal dari Jakarta. Mereka berasal dari NTB dan berbagai daerah di Pulau Jawa.
"Soal status hukum, nanti kita lihat, apakah ada unsur pidana atau tidak," ujar Boy.
Sebelumnya, aksi unjuk rasa menuntut proses hukum atas Basuki Tjahaja Purnama dalam perkara dugaan penodaan agama, Jumat kemarin, berujung rusuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.