JAKARTA, KOMPAS.com - Calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku sudah memetakan ratusan RW yang akan didatanginya selama masa kampanye pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dari 700 RW yang ada, Ahok berencana mengunjungi 600 RW di Jakarta. Hanya saja, hal ini tidak dianggapnya sebagai kampanye. Sebab, ia tak pernah meminta warga untuk memilihnya bersama calon wakil gubernur, Djarot Saiful Hidayat.
Masa kampanye dimanfaatkan untuk mengawasi pekerjaan anak buahnya di Pemprov DKI Jakarta.
"Kami sudah punya peta, mau datangin 600 RW yang ada masalah. Ada laporan terus-menerus, kan kami punya laporan, kenapa daerahnya tergenang terus," kata Ahok, di kompleks Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Kamis (10/11/2016).
Meski tengah cuti dari kedinasan gubernur, Ahok tetap memantau grup WhatsApp Pemprov DKI Jakarta. Anak-anak buahnya kerap mengirimkan gambar pekerjaan di lapangan. Sehingga ia turun ke lapangan sekaligus untuk membuktikan kebenaran laporan para satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Hanya saja, Ahok sudah tak bisa lagi menginstruksikan anak buahnya. Ia kemudian mengundang Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono di dalam grup WhatsApp tersebut.
"Saya yang undang duluan Plt masuk grup. Kan saya dari dulu foto lihat kondisi di lapangan semua," kata Ahok.
Penolakan
Meski demikian, rencana Ahok "blusukan" di 600 RW tak berjalan mulus. Pasalnya, tak jarang, sekelompok warga atau organisasi masyarakat menolak kehadiran dirinya.
Contohnya seperti saat Ahok berkampanye di Rawa Belong dan Kedoya Utara, Jakarta Barat. Penolakan disebabkan karena dugaan penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok.
Meski banyak penolakan, mantan bupati Belitung Timur itu mengaku tidak akan kapok untuk kembali datang ke lokasi yang menolak kehadiran dirinya. Ahok melihat masih banyak permasalahan, seperti banjir, yang terjadi di lokasi yang akan dikunjunginya.
"Oh datang. Karena kan ada masalah, tiap hujan ada genangan. Nah, kami mesti lihat seperti apa," kata Ahok.
Baca juga: Ditanya Peluang Ahok di Pilkada Jakarta, Surya Paloh Akui Agak Berat
Ahok menegaskan dirinya tidak takut terhadap berbagai gelombang aksi penolakan. Satu hal yang dikhawatirkannya adalah jika timbul korban akibat kericuhan. Sebab, pengamanan polisi bersenjata lengkap juga mengawalnya selama kampanye.
Ia pun memutuskan untuk mengevaluasi cara berkampanye. Dia tidak lagi akan turun di jalan raya, melainkan langsung masuk gang dan turun ke lokasi "blusukan". Hal itu, kata Ahok, dapat mengantisipasi kemacetan dan kericuhan. Jika kericuhan pecah, Ahok tak segan melaporkannya kepada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta.
"Saya kira sudah enggak benar, timses juga akan lapor ke Bawaslu, harus diproses hukum. Bisa didenda atau dipidana," kata Ahok.