Oleh: Windoro Adi & Dian Dewi Purnamasari
"Saat saya masih siswa di sini, tahun 1981-1984, semua jendela ruang kelas tidak berdaun. Biasanya habis olahraga kami main lempar baju, handuk, dan sepatu ke ruang kelas lewat jendela," kenang Kepala SMA Negeri 1 Jakarta Mas Ayu Yuliana, Kamis (17/11). Dari balik pintu, ia melihat deretan jendela itu kini sudah berdaun kayu dan kaca.
Sekilas, gedung cagar budaya yang kini menjadi gedung SMAN 1 ini mirip bangunan rumah sakit zaman dahulu. Baik Mas Ayu maupun wakilnya, Ujang Suherman, mengaku belum mendapatkan sumber yang jelas terkait dengan sejarah bangunan tersebut.
"Ada yang bilang, bangunan ini awalnya adalah rumah sakit pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bangunan di sebelah kiri, SMK Negeri 1, adalah perkantoran pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bangunan di sebelah kanan adalah rumah tahanan," tutur Ujang.
"Orang-orang yang ditangkap dibuat berkasnya di kantor pemerintah itu, lalu dijebloskan ke penjara di sebelah. Kalau ada yang sakit baru dibawa ke gedung yang kini SMAN 1," tambah Ujang.
Bukti bahwa ketiga bangunan cagar budaya itu berada dalam satu kompleks ditunjukkan dengan alamat yang sama. "SMKN 1, SMAN 1, dan rumah tahanan (kini sudah rata dengan tanah, tinggal lahan kosong bersemak) alamatnya sama, Jalan Budi Utomo Nomor 7, Jakarta Pusat," ujar Ujang.
Selain deretan jendela besarnya, ciri rumah sakit lain adalah lorong-lorong ruang dengan deretan lampu gantung berkaca bulat susu. Atap lorong disangga deretan tiang besi ramping yang sering terlihat di lingkungan gedung rumah sakit era kolonial Belanda di berbagai penjuru Tanah Air.
Apalagi jika mengamati bagian dalam kompleks gedung asli yang berbentuk tapal kuda. Lahan di tengah tapal kuda umumnya dijadikan taman dan ditanami beberapa pohon besar. Itulah ciri lain bangunan rumah sakit di era Hindia Belanda.
Candrian Attahiyat, arkeolog dan anggota tim ahli cagar budaya DKI Jakarta, mengemukakan, suasana seperti itu memang menjadi suasana umumnya rumah-rumah sakit era Hindia Belanda.
"Yang membedakan memang tinggal ada atau tidak adanya daun jendela. Jendela-jendela yang tidak berdaun umumnya adalah ruang kelas, sedangkan jendela yang berdaun biasanya adalah bangsal tidur pasien ataupun bangsal tidur siswa di asrama pelajar," ungkap Candrian.
Ia lantas membandingkan bentuk dan ukuran jendela ruang kelas di SMAN 1 yang mirip dengan bentuk dan ukuran jendela ruang kelas di SMA Santa Ursula di Jalan Pos 2, Pasar Baru, dan SMA Santa Maria di Jalan Ir H Juanda 29, Jakarta Pusat.
"Satu sama lain mirip bukan?" ucapnya.
Ujang menambahkan, daun-daun jendela ruang kelas baru dibuat pada tahun 1997, sementara daun-daun pintu tambahan di setiap ruang dibuat tahun 2009, bersamaan dengan pemasangan instalasi penyejuk ruangan (AC).
Minim catatan
Baik Candrian maupun Ujang mengakui catatan sejarah tentang gedung SMAN 1 ini sangat minim. Keduanya hanya menyebutkan awalnya gedung tersebut adalah Gedung Sekolah Prins (Frederik) Hendrik yang pada 1889 sudah didirikan.