JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan, pihaknya masih kesulitan mencari pembunuh Tri Ari Yani Puspo Arum (22), mahasiswi yang ditemukan tewas di kamar indekosnya.
Menurut Hendy, hal itu disebabkan minimnya saksi yang melihat dan mendengar peristiwa menjelang tewasnya Arum, dua pekan lalu.
"Pertama kendala minimnya saksi. Saksi sudah delapan orang diperiksa, temannya, keluarga terdekatnya, termasuk tempat indekos di situ, kami mintai keterangan," kata Hendy kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (26/1/2017).
Hendy mengatakan, keterangan para saksi belum memberi titik terang. Penyidik sempat menduga kekasih Arum sebagai pelaku. Namun, alibi dan keterangan saksi lain mementahkan dugaan itu.
"Pagi hari, dia hanya melihat korban di depan pintu sedang ngobrol dengan laki-laki. Nah, kita cocokkan ciri-ciri laki-laki itu, ternyata bukan pacarnya. Apakah sama modusnya menawarkan barang dan sebagainya, masih kami dalami, kami minim saksi, kami masih analisis terus," ujar Hendy. (Baca: Pembunuhan Mahasiswi di Kebon Jeruk, Polisi Tunggu Pemeriksaan Puslabfor)
Rekaman kamera CCTV milik tetangga juga tidak memberi petunjuk apa pun sebab kamera CCTV tersebut tidak menyorot ke arah tempat indekos. Saat ini, motif pembunuhan Arum yang dipegang polisi adalah perampokan.
Hal ini terindikasi dari hilangnya ponsel dan laptop milik Arum. Polisi sempat menduga keterlibatan sepasang pencuri spesialis tempat indekos yang ditangkap di Taman Sari, Jakarta Parat, pada Selasa (10/1/2017). Namun, keduanya tak pernah membawa senjata tajam saat beraksi.
DNA dari barang bukti yang diamankan juga tidak cocok dengan para saksi yang sudah diperiksa. Hasil otopsi Arum menunjukkan kepastian bahwa mahasiswi itu tewas akibat tusukan pisau di leher.
"Barang bukti belum kami temukan," ujar Hendy.