Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sunter, dari Sumber Hidup ke Penyakit

Kompas.com - 12/04/2017, 19:37 WIB

Apa yang ada di benak ketika mendengar Kali Sunter? Sumber penyakit. Cuci kaki saja tidak berani. Setidaknya, itulah jawaban warga sekitar kali yang jauh beda dibandingkan sebelum tahun 1980-an.

Dulu, Sunter tempat kita main, cuci, mandi, dan nangkep ikan," kata Tuin Inang (57), warga asli Pondok Ranggon, Jakarta Timur (Jaktim), "pintu masuk" Kali Sunter ke wilayah Ibu Kota. Hulu kali di wilayah Depok, Jawa Barat.

Sebelum 1980-an, Kali Sunter di daerah tinggalnya sangatlah menghidupi. "Airnya bening, ikannya banyak," ucap Ketua RW 004 Pondok Ranggon itu di rumahnya, Selasa (28/3). Ada ikan baung, mas tyoca, beunteur, lele lokal, dan gabus. "Paling top baung, paling gede," ujarnya.

Mohamad Alimin, warga Pondok Ranggon, menambahkan, dulu ada mujair, tawes, cere, parai, berod, sepat, bethik, dan udang sebesar lobster.

Perubahan Kali Sunter yang jernih hingga coklat itu terjadi pada 1980-an. Tak ada lagi anak-anak mandi di kali itu. Mencuci pakaian, perlengkapan hajatan, dan memandikan ternak pun tak tampak lagi.

Menurut Rahmat (28), warga Pondok Ranggon, selain air kali coklat, pada bebatuan kali saat ini menempel semacam lendir. "Takut juga ada beling," katanya.

Keragaman jenis ikan di Kali Sunter juga berangsur berkurang. Tak ditemukan lagi baung, mas tyoca, dan parai. "Airnya limbah sekarang," ujar Tuin.

Tudingan jatuh pada kian banyaknya perumahan dan beragam pabrik di bantaran kali. Air limbah dibuang ke kali. Penyusuran Kompas, di sejumlah titik, bangunan berimpitan dan membelakangi Sunter. Pipa-pipa mengucurkan limbah ke kali.

Air berwarna coklat hingga Kali Sunter bertemu Kanal Timur di Jaktim. Selain itu, limbah dari aktivitas pemotongan ayam di daerah Cipinang Melayu juga mengalir ke Kali Sunter.

Menghitam

Di ruas Kali Sunter di utara Kanal Timur, air tak lagi berwarna coklat, tetapi kehitaman. Menurut Joko Santang (48), penjaga Pintu Air Outlet Sunter di Kanal Timur, air Kali Sunter di utara Kanal Timur tak lagi dari hulu. Pintu air ditutup hampir setiap waktu untuk mengurangi risiko banjir di utara. Air di ruas Sunter itu hanya bersumber dari air hujan dan limbah cair sekitar.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Teuku Iskandar menyebutkan, hal itu menunjukkan air kali yang menghitam di utara Kanal Timur tidak disebabkan dari hulu. "Artinya, di sana tata air atau drainase belum baik. Tak ada urusan dengan hulu," ujarnya.

Dari ruas itu, warna air Sunter terus kehitaman ke utara. Kian ke hilir, warna air kian pekat.

Di ruas Cipinang Jagal, Pulogadung, Jaktim, sebelum tahun 1990-an, air masih relatif jernih sehingga anak-anak sering main di kali. Saat itu, udang, kepiting, dan banyak ikan hidup di kali tersebut. Di titik itu Kali Sunter bertemu aliran Kali Cipinang.

Abdul Aziz (48), warga asli Cipinang Jagal, menuturkan, ada beberapa jenis limbah yang dibuang ke Sunter, antara lain limbah pabrik di kawasan Cimanggis dan Pulogadung serta limbah domestik rumah tangga. Rata-rata, warga di pinggir kali juga tak punya tangki septik. Air buangan dan kotoran langsung dibuang ke kali. "Kalau jam 12 malam baunya busuk amis, bikin mau muntah. Mirip amis buangan ayam dan ikan," lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com