Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset PWNU, Banyak Orang Jauhi Miras karena Larangan Agama

Kompas.com - 15/08/2017, 18:21 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Kepala Departemen Peneliti Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Abdul Wahid Hasyim mengatakan, 78 persen responden dalam riset perilaku konsumsi minuman beralkohol terhadap remaja di Jabodetabek menyatakan tidak pernah mengonsumsi alkohol.

Abdul menjelaskan, dari jumlah itu, 42 persen responden mengatakan bahwa alasan tidak mengonsumsi minuman beralkohol karena dilarang agama, 31,8 persen karena alasan kesehatan, 13,3 persen responden dilarang orangtua, 8 persen karena takut dipandang negatif, 5,5 persen tidak menjawab, 4,3 persen tidak suka minuman beralkohol, dan 2,4 persen responden tidak mengonsumsi alkohol karena imbauan pemerintah.

"Agama sangat dominan di sini, karena larangan agama. Namun, dilarang pemerintah itu alasan paling kecil," ujar Abdul.

(baca: Sebagian Besar Peminum Alkohol di Jabodetabek Belum Cukup Umur)

Abdul mengatakan, dari riset tersebut memunculkan temuan baru. Timbul fenomena baru dari akibat pelarangan peredaran alkohol yang tertera dalam Permendag No 06/M-DAG/PER/1/2015 Tentang Pengendalian  dan Pengawasan Terhadap pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol.

Larangan itu,  menyebabkan peredaran minuman beralkohol oplosan meningkat. Dari 22 persen responden yang mengaku pernah mengonsumsi alkohol, 65 persen di antaranya pernah mengonsumsi minuman keras oplosan.

Dari 65 persen responden tersebut, 71,5 persen responden mengaku membeli alkohol oplosan di warung jamu, 14,3 persen di warung klontong, 7,1 persen melalui perantara, sisanya enggan menjawab.

"Warung jamu menjadi pilihan utama responden dikarenakan warung jamu mudah diakses, jarang ada razia, dan ada dihampir setiap sudut jalan dan gang," ujar Abdul.

Metode penarikan sampel menggunakan multistage random sampling dengan margin error sebesar 5,28 persen dan tingkat kepercayaan 90 persen. Pengumpulan data dilakukan dengan tatap muka dan kuisioner dari Februari-Maret 2017 dengan melibatkan 327 responden usia 12-21 tahun.

(baca: Penyelundupan 6.900 Botol Miras Ilegal Rugikan Negara Rp 2,5 Miliar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com