Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah "Anugerah", Perahu Jemputan Siswa Sekolah di Muara Gembong

Kompas.com - 25/08/2017, 06:00 WIB
Anggita Muslimah Maulidya Prahara Senja

Penulis

BEKASI, KOMPAS.com – Setelah adzan Subuh berkumandang hari masih teramat pagi. Namun, warga Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi sudah mulai beraktivitas.

Di antara warga yang sudah beraktivitas di pagi buta itu adalah anak-anak yang bersiap berangkat ke sekolah.

Tak seperti di kota besar, suasana di Muara Gembong jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan. Dan, di tengah pagi yang masih sunyi itu anak-anak berjalan kaki menuju sekolah mereka.

Sebagian lainnya diantar orangtua menggunakan sepeda motor, bahkan beberapa anak menggunakan perahu untuk pergi ke sekolah.

Perahu memang menjadi salah satu sarana transportasi penting di Muara Gembong karena beberapa desa dipisahkan aliran Sungai Citarum.

Tanpa adanya jembatan yang melintasi sungai besar itu, warga mengandalkan perahu sebagai sarana penghubung antar-desa, termasuk pergi ke sekolah.

Baca: Akses Jalan Menuju SD Laskar Pelangi Andalkan Perahu Karet

Kondisi ini membuat SDN 02 Pantai Bahagia, satu dari 21 sekolah dasar di Muara Gembong, menyediakan perahu khusus untuk menjemput para siswanya.

Keberadaan perahu ini membuat para siswa tidak harus menempuh perjalanan darat memuutar yang jauh untuk menuju sekolah. 

“Ini angkutan khusus anak sekolah, khususnya SDN 02 Pantai Bahagia. Ini kita buat mengingat medan tempuh yang dilalui anak-anak kita berbahaya untuk keselamatan. Jadi biar aman kita buat perahu ini. Di samping aman untuk anak, waktu masuk (sekolah) juga bisa kita tentukan, kita atur,” ujar Kepala Sekolah SDN 02 Pantai Bahagia, Abdul Muin (53) saat ditemui di sekolahnya, Rabu (23/8/2017).

Abdul mengatakan, di seluruh Kecamatan Muara Gembong hanya SDN 02 Pantai Bahagia yang memiliki fasilitas perahu untuk antar jemput siswa.

Perahu yang bisa menampung 200 orang itu dibuat untuk memfasilitasi siswa yang tempat tinggalnya jauh dan tidak ada akses ke sekolah karena harus menyeberangi Sungai Citarum.

Namun, menggunakan perahu ini tak gratis. Setiap orang dikenakan biaya sebesar Rp 4.000 untuk perjalanan pulang pergi.

“Tapi ada juga yang enggak harus bayar, misal anak yatim dan yang enggak mampu. Mereka enggak diminta untuk bayar. Kita kan bukan angkutan komersial, yang penting ada untuk operasionalnya, kalau ada lebih bisa digunakan untuk (renovasi) sekolah,” kata Abdul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com