BEKASI, KOMPAS.com – Setelah adzan Subuh berkumandang hari masih teramat pagi. Namun, warga Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi sudah mulai beraktivitas.
Di antara warga yang sudah beraktivitas di pagi buta itu adalah anak-anak yang bersiap berangkat ke sekolah.
Tak seperti di kota besar, suasana di Muara Gembong jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan. Dan, di tengah pagi yang masih sunyi itu anak-anak berjalan kaki menuju sekolah mereka.
Sebagian lainnya diantar orangtua menggunakan sepeda motor, bahkan beberapa anak menggunakan perahu untuk pergi ke sekolah.
Perahu memang menjadi salah satu sarana transportasi penting di Muara Gembong karena beberapa desa dipisahkan aliran Sungai Citarum.
Tanpa adanya jembatan yang melintasi sungai besar itu, warga mengandalkan perahu sebagai sarana penghubung antar-desa, termasuk pergi ke sekolah.
Baca: Akses Jalan Menuju SD Laskar Pelangi Andalkan Perahu Karet
Kondisi ini membuat SDN 02 Pantai Bahagia, satu dari 21 sekolah dasar di Muara Gembong, menyediakan perahu khusus untuk menjemput para siswanya.
Keberadaan perahu ini membuat para siswa tidak harus menempuh perjalanan darat memuutar yang jauh untuk menuju sekolah.
“Ini angkutan khusus anak sekolah, khususnya SDN 02 Pantai Bahagia. Ini kita buat mengingat medan tempuh yang dilalui anak-anak kita berbahaya untuk keselamatan. Jadi biar aman kita buat perahu ini. Di samping aman untuk anak, waktu masuk (sekolah) juga bisa kita tentukan, kita atur,” ujar Kepala Sekolah SDN 02 Pantai Bahagia, Abdul Muin (53) saat ditemui di sekolahnya, Rabu (23/8/2017).
Abdul mengatakan, di seluruh Kecamatan Muara Gembong hanya SDN 02 Pantai Bahagia yang memiliki fasilitas perahu untuk antar jemput siswa.
Perahu yang bisa menampung 200 orang itu dibuat untuk memfasilitasi siswa yang tempat tinggalnya jauh dan tidak ada akses ke sekolah karena harus menyeberangi Sungai Citarum.
Namun, menggunakan perahu ini tak gratis. Setiap orang dikenakan biaya sebesar Rp 4.000 untuk perjalanan pulang pergi.
“Tapi ada juga yang enggak harus bayar, misal anak yatim dan yang enggak mampu. Mereka enggak diminta untuk bayar. Kita kan bukan angkutan komersial, yang penting ada untuk operasionalnya, kalau ada lebih bisa digunakan untuk (renovasi) sekolah,” kata Abdul.