Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Anies-Sandi Menata 1.000 PKL di Kota Tua

Kompas.com - 02/01/2018, 07:10 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesemrawutan sudah menjadi wajah sehari-hari Kota Tua di Jakarta Barat. Trotoar dan jalan diokupasi pedagang kaki lima (PKL) sudah bukan perkara mengangkut satu-dua gerobak lagi. Pembiaran yang berlarut-larut telah membuat setiap sudut kawasan Kota Tua diduduki PKL.

Di Jalan Lada yang memiliki tujuh lajur misalnya, tiga dari tujuh lajur diokupasi PKL. Trotoar di kanan kiri juga sama sesaknya oleh gerobak PKL. Akibatnya, pejalan kaki tumpah ke jalan dan menghambat laju kendaraan.

Kemacetan lalu lintas ada akhirnya berimbas pada perjalanan bus transjakarta. Di hari libur seperti Senin (1/1/2017) kemarin, dampak kesemrawutan itu sangat terasa sebab akses ke halte sampai dibatasi karena bus harus bergantian menembus kemacetan.

Seperti Tanah Abang

Fahrial, seorang pengunjung, mengeluhkan kondisi itu. Ia mengatakan seharusnya pedagang ditertibkan karena sudah sangat mengganggu ketertiban dan kelancaran lalu lintas orang dan kendaraan.

"Kalau pedagang satu-dua mungkin enggak apa-apa. Tapi kalau sudah nutupuin begini sampai susah lewat ya nggak bisalah, harus ditertibkan," kata dia.

Baca juga : Semrawutnya Kota Tua yang Dipenuhi PKL

Tak hanya pejalan kaki dan pengendara yang terdampak kesemrawutan PKL itu. Sesama pedagang pun kesal dengan kegiatan liar tersebut.

Waryani, pedagang nasi goreng di Lokbin Kota Intan misalnya. Sejak 2001, Waryani berjualan nasi goreng di depan Museum Wayang dan sekitar Kota Tua secara liar. Namun akhirnya ia ditempatkan di Lokbin Kota Intan di Jalan Cengkeh. Sayangnya, Lokbin Kota Intan sepi pengunjung. Waryani menuding hal itu disebabkan akses yang buruk serta masih adanya PKL liar.

"Itu harus ditertibkan, supaya penglaris ke sini. Kalau yang di luar masih jualan ya pengunjung pasti lebih pilih yang sana," ujar Waryani.

Ketika Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengunjungi Lokbin Kota Intan pada Minggu (31/12/2017), ia mendengar langsung keluhan dan permintaan itu. Namun Sandiaga mengatakan, pendekatan yang ia dan Anies terapkan terhadap PKL adalah penataan, bukan penertiban. Ia meminta waktu untuk memikirkan konsep penataannya.

Pedagang kaki lima (PKL) memenuhi trotoar di depan Museum Bank Mandiri di Jalan Pintu Besar Utara, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Pedagang kaki lima (PKL) memenuhi trotoar di depan Museum Bank Mandiri di Jalan Pintu Besar Utara, Senin (1/1/2018).
"Kami mohon tentunya teman-teman para pedagang kecil untuk beri waktu kami. Karena di luar sana kami tata lebih dari 1.000. Di sini hanya 456, jadi gimana coba nanti kami ciptakan solusi," ujar Sandiaga saat itu.

Baca juga : Sandi Ingin Hidupkan Lokbin PKL Kota Tua tetapi Belum Punya Konsep

Ia sebelumnya sudah menyatakan akan menata Kota Tua sesaat setelah dirinya dan Anies meluncurkan konsep penataan Tanah Abang. Namun keduanya tak pernah mengungkap apakah Kota Tua akan dibuat seperti Tanah Abang yang jalannya ditutup sehingga PKL bebas berjualan. Sandiaga hanya mengisyaratkan ia akan melakukan pendataan, sama seperti Tanah Abang.

"Ini Tanah Abang sudah jalan, harus benar nih jangan sampai begitu didata banyak lagi yang datang bilang nggak dapat. Kami nggak mau seperti itu, kami mau data yang akurat," ujar Sandiaga.

Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua Novriandi S Husodo mengatakan penutupan jalan mungkin saja terjadi. Namun ia menyarankan agar PKL ditampung di lokasi binaan seperti Lokbin Kota Intan.

"Diperlukan lokasi lain untuk PKL yang tidak tertampung di Lokbin Cengkeh. Tapi sebaiknya tidak di Taman Fatahillah. Bisa juga melakukan pentupan salah satu ruas jalan, ada jam-jam tertentu dengan kesepakatan bersama dari Dinas UMKM, Dishub, Satpol PP, dan lainnya," ujar Novriandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke 'Call Center' dan Medsos

Sopir JakLingko Ugal-ugalan, Penumpang Bisa Melapor ke "Call Center" dan Medsos

Megapolitan
Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Penjelasan Polisi Soal Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ Berubah Jadi Pelat Putih

Megapolitan
Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Cerita Warga soal Tanah di Perumahan New Anggrek 2 GDC Depok yang Longsor Tiap Hujan

Megapolitan
Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Pemecatan Ketua RW di Kalideres Bukan Soal Penggelapan Dana, Lurah: Dia Melanggar Etika

Megapolitan
Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kecelakaan yang Libatkan Mobil Dinas Polda Jabar di Tol MBZ Diselesaikan secara Kekeluargaan

Megapolitan
Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Kronologi 4 Warga Keroyok Mahasiswa yang Beribadah di Kontrakan Tangsel

Megapolitan
Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Viral Video Pelecehan Payudara Siswi SMP di Bogor, Pelaku Diduga ODGJ

Megapolitan
Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Kronologi Kecelakaan Mobil Yaris di Tol Cijago Depok yang Tewaskan Petugas Kebersihan

Megapolitan
Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari 'Beban Mental'

Jenazah Taruna STIP Korban Penganiayaan Senior Belum Dibawa ke Rumah, Keluarga Hindari "Beban Mental"

Megapolitan
Polisi Sita 3 Sajam dari Pelaku Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Sita 3 Sajam dari Pelaku Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com