Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak SD di Jagakarsa Lintasi Jembatan Gantung Reyot untuk ke Sekolah

Kompas.com - 22/01/2018, 15:11 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Di perbatasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, dengan Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, ada dua jembatan reyot yang menggantung di atas Sungai Ciliwung. Jembatan ini menjadi akses warga untuk melintas, terutama bagi anak-anak Depok yang bersekolah di SDN 15 Srengseng Sawah, Jagakarsa.

Senin (22/1/2018), belasan siswa SD pulang sekolah berjalan kaki. Mereka terlihat santai melintasi jembatan tanpa berpegangan. Jembatan yang dialasi seng itu tampak miring ketika dilintasi pun bergoyang karena hanya diikat dengan sling dan bambu.

Para siswa SDN 15 Srengseng Sawah sudah biasa melintasi jembatan yang untuk sebagian orang mungkin tampak mengerikan itu.

"Dulu pas kelas 1 SD takut, sekarang sudah biasa, sih," kata Andini yang kini kelas 6 SD.

Baca juga: Tengok Jembatan Gantung Jagakarsa, Pejabat Pemprov DKI Tak Berani Melintas

Andini mengatakan, bagi teman-temannya yang setiap hari melewati tempat itu, jembatan tersebut justru sering jadi lokasi bercanda. Ada yang lari-lari, lompat-lompat, hingga iseng menarik-narik sling.

"Tetapi, kami kalau hujan enggak bakal lewat, soalnya licin," kata Andini.

Pegawai Pemprov DKI Jakarta meninjau jembatan gantung di Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Senin (22/1/2018).KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Pegawai Pemprov DKI Jakarta meninjau jembatan gantung di Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Senin (22/1/2018).
Swadaya warga

Ketua RW 002 Srengseng Sawah Neddy, yang sudah tinggal di Jalan Gardu selama 63 tahun, mengatakan, jembatan itu usianya sudah puluhan tahun, diperkirakan lebih dari 30 tahun. Jembatan itu dibangun warga.

"Dulu ini kan akses pribadi, terus lama-lama jadi akses umum, banyak yang pakai," kata Neddy.

Baca juga: Pantau Jembatan Gantung Jagakarsa, Anies Bilang seperti Jembatan Indiana Jones

Hingga saat ini, sejak pertama kali dibangun, jembatan tersebut telah mengalami berbagai perbaikan. Jika dulu hanya menggunakan bambu sebagai pijakan dan pengikat ke pohon, lama-kelamaan warga menambal dan memperbaiki dengan memasang sling. Tali-tali yang menyangga diikat ke pohon dan ke beton. Mungkin karena sudah lama dan jembatan sering dipakai, beton itu sudah menganga seakan hampir patah.

"Di sini enggak ada yang ahli jembatan. Kalau perbaikan, ya, warga saja, siapa yang mampu perbaiki sama-sama," ujar Neddy.

Penyebab utama jembatan rusak, menurut Neddy, biasanya karena terendam banjir. Dalam kondisi normal, ketinggian jembatan sekitar 7 meter dari permukaan air sungai. Namun, ketika banjir, jembatan bisa terendam, pernah juga sampai terseret arus Ciliwung.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com