Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Warga Bekasi yang Kerja di Jakarta Sikapi Ganjil-Genap di Tol Bekasi

Kompas.com - 12/03/2018, 12:20 WIB
Ardito Ramadhan,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem ganjil-genap di Pintu Tol Bekasi Barat dan Bekasi Timur yang mulai diterapkan mulai Senin (12/3/2018) ini rupanya belum mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum.

Minarno, kondektur bus transjabodetabek yang ditemui Kompas.com mengatakan bahwa jumlah penumpang bus hari ini tak berbeda jauh dari hari-hari sebelumnya ketika sistem ganjil-genap belum diterapkan.

"Enggak, enggak banyak perubahan. Dari kemarin memang segini-segini saja penumpangnya. Mungkin karena hari pertama ya jadi belum banyak yang tahu," kata Minarno.

Sejumlah penumpang bus transjabodetabek premium yang pun mengaku bukan pengguna baru yang terdampak kebijakan sistem ganjil-genap.

Baca juga : Ganjil-Genap di Tol Bekasi, Waktu Tempuh Bekasi-Plaza Senayan 1 Jam 25 Menit

Daru, misalnya. Warga Bekasi yang berkantor di Senayan ini telah menggunakan bus transjabodetabek sejak beberapa bulan yang lalu.

Suasana bus Transjabodetabek Premium Senin (12/3/3018). Armada bus tersebut disiapkan untuk membantu perpindahan penumpang mobil pribadi.Kompas.com/Setyo Adi Suasana bus Transjabodetabek Premium Senin (12/3/3018). Armada bus tersebut disiapkan untuk membantu perpindahan penumpang mobil pribadi.
"Saya sudah lama menggunakan bus ini, sejak pertama kali diluncurkanlah. Alasannya ya karena enak tinggal duduk doang, engga stres karena macet," katanya.

Ia pun tak masalah meski harus merogoh kocek Rp 40.000 untuk perjalanan pulang-pergi.

"Saya kira Rp 40.000 itu sebanding ya dengan tidak stres karena macet," kata Daru.

Baca juga : Hari Pertama Ganjil Genap di Tol Bekasi, Petugas Sebut Jumlah Penumpang Bus Meningkat

Rika, warga lainnya, juga mempunyai pendapat yang sama. Menurut dia, bus transjabodetabek itu merupakan moda transportasi yang tepat baginya karena dapat berhenti tak jauh dari kantornya yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman.

"Pakai bus ini jauh lebih enak. Walau mungkin agak mahal tapi berhentinya enggak jauh dari kantor saya. Terus dapat duduk juga, jadi enggak perlu desak-desakan," katanya.

Ganjil genal di Pintu Tol Bekasi Barat siap diterapkan 12 Maret 2018, Bekasi (8/3/2018)Kompas.com/Stanly Ravel Ganjil genal di Pintu Tol Bekasi Barat siap diterapkan 12 Maret 2018, Bekasi (8/3/2018)
Sementara, Abi yang juga warga Bekasi memilih berangkat lebih pagi guna menghindari ganjil-genap ketimbang menggunakan bus transjabodetabek.

"Buat saya lebih baik pergi lebih pagian ya. Enggak apa-apa macet-macetan tapi bisa sampai persis di tujuan. Kalau pakai bus kan mesti oper-oper lagi, ribetlah," katanya.

Apabila mesti menggunakan transportasi umum, ia menilai kereta api lebih masuk akal ketimbang menggunakan bus.

"Buat saya mending naik kereta kali ya. Harganya lebih murah, terus lebih cepat juga ga kena macet. Enggak apa-apa desak-desakan yang penting cepat," kata Abi.

Baca juga : Hari Pertama, Pelanggar Ganjil Genap di Pintu Tol Bekasi Tak Ditilang

Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) sebelumnya sudah merencanakan akan menyediakan 60 bus secara bertahap untuk mendukung minat masyarakat berpindah ke angkutan umum. Bus-bus ini akan diberangkatkan dari titik-titik strategis di kota Bekasi.

Untuk menggunakan bus tersebut, warga mesti merogoh kocek sebesar Rp 20.000. Adapun fasilitas yang disedikan oleh bus ini antara lain reclining seat, wifi gratis, dan colokan untuk mengisi baterai handphone.

Kompas TV Ratusan kendaraan berpelat ganjir terpaksa memutar arah menuju jalur arteri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com