Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarif: "Barisan Belum Move On" Gaduhkan Perombakan Pejabat DKI

Kompas.com - 19/07/2018, 14:10 WIB
Jessi Carina,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Syarif mengatakan, sebagian besar masyarakat setuju dengan perombakan pejabat yang dilakukan Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno.

Namun, dia menilai ada pihak yang disebutnya sebagai barisan belum move on yang membuat perombakan puluhan pejabat itu menjadi polemik.

"Medsosnya kan dari kelompok BBM tuh, barisan belum move on. Namanya belum move on, ya selalu bikin berisik, saya memaklumi," ujar Syarif, ketika dihubungi, Kamis (19/7/2018).

Dia tidak mau memperjelas siapa yang dia maksud dengan 'barisan belum move on' tersebut. Tidak hanya itu, dia menilai kegaduhan juga berasal dari pejabat yang dicopot.

Baca juga: Perombakan Jabatan di DKI Diselidiki Komisi ASN, Ini 4 Pembelaan Anies

 

Syarif mengatakan, mereka membuat gaduh dengan melaporkan pencopotan mereka ke Komite Aparatur Sipil Negara (KASN). Dia setuju dengan ucapan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyebut respons pejabat ini bisa dijadikan bahan penilaian.

"Mereka itu yang kata Pak Anies tidak tabah dan tidak tenang," ujar Syarif.

Syarif lalu membandingkan dengan perombakan pejabat pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama. Dia mengatakan, dulu perombakan selalu diawali dengan kegaduhan.

Artinya, gaungnya begitu ramai sebelum pelantikan dilakukan. Selain itu, pelantikan sering dilakukan besar-besaran.

Baca juga: Perombakan Pejabat DKI Diduga Menyalahi Aturan

 

Namun, setelah itu, jarang ada ribut-ribut di belakangnya. Syarif menilai, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan Anies-Sandiaga.

Anies menurut dia, ingin melakukan pelantikan secara tenang tanpa ribut-ribut di awal.

"Tapi, setelah itu, baru deh banyak kritik. Sebenarnya, tiap pemimpin kan punya kebijakan masing-masing dan Pak Anies inginnya tiap kebijakan enggak gaduh. Tapi, sekarang yang gaduh bukan masyarakat, yang gaduh itu yang diganti," ujar Syarif.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menambah satu kursi lagi di kabinet untuk Partai Golkar. Jokowi juga mempertahankan Airlangga Hartarto sebagai Menteri Perindustrian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com