Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Pengembang soal Pemutusan Aliran Listrik Tujuh Rumah Warga di Depok

Kompas.com - 01/10/2018, 19:47 WIB
Cynthia Lova,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


DEPOK, KOMPAS.com - Pengembang Perumahan Aruba Residence, Developer Pemuda Depok, angkat bicara terkait kasus pemutusan aliran listrik yang sempat dilakukan terhadap tujuh rumah di lingkungan tersebut.

Pihak developer mengakui masalah ini terkait dengan Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL).

Legal Officer Perumahan Aruba Residence, Dinda Putri mengatakan, peristiwa ini bermula pada tahun 2010.

Saat itu, telah terjadi pertemuan antara developer dengan penghuni untuk menentukan biaya IPL yang kisarannya Rp 3.500 dikalikan luas tanah.

Baca juga: Penjelasan PLN soal Listrik 7 Rumah di Depok yang Diputus Pengembang

“Tapi, dikarenakan club house belum jadi, maka ditetapkan biaya IPL sebesar Rp 200.000 dan ini berdasarkan permintaan penghuni yang akhirnya disepakati developer,” kata Dinda, di Perumahan Aruba Residence, Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas Depok, Jawa Barat, Senin (1/10/2018).

Menurut Dinda, beberapa warga yang hadir dalam pertemuan itu hanya pernah membayar satu sampai dua kali IPL, selama tujuh sampai delapan tahun terakhir ini.

Pihak developer sudah pernah menagih, namun tidak membuahkan hasil. Dinda mengatakan, perkataan warga yang mengatakan biaya iuran di atas Rp 1 juta itu tidak benar.

“Kami sejak tahun 2010 sampai dengan 2017 hanya mengenakan biaya IPL sebesar Rp 200.000 per rumah, per bulan. Angka ini berarti pihak developer telah memberikan diskon lebih dari 50 persen dari biaya IPL yang ditetapkan sejak tahun 2010. Bayangkan Rp 200.000 dikali 80-an rumah hanya sebesar Rp 16 juta,” ujar dia.

Menurut dia, nilai itu sebenarnya tidaklah cukup. Sebab, biaya yang harus ditanggung pengembang cukup banyak, di antaranya biaya keamanan, pupuk, pemeliharaan club house, pemeliharaan jalanan, saluran air, listrik, tukang kebun, dan sebagainya.

“Sekadar untuk bayangan, biaya sekuriti saja Rp 16 juta. Jadi, yang disubsidi developer sangatlah banyak. Hal ini diperparah karena ada sebagian penghuni yang bukan hanya tidak taat membayar, melainkan hanya pernah membayar satu sampai dua kali sampai delapan tahun ini," ujar dia.

Baca juga: Listrik 7 Rumah Warga di Depok Akhirnya Menyala Setelah 14 Hari Diputus Pengembang

Dinda menyebut, pihaknya sudah berupaya dengan segala cara mulai dari surat-menyurat, negosiasi, bahkan sampai minta bantuan kelurahan, kecamatan, dan instansi lain, agar penghuni yang menunggak pembayaran bertahun-tahun itu bisa melunasi utangnya.

Namun, upaya itu disebut tidak membuahkan hasil.

“Akhirnya, kami membawa masalah ini ke ranah hukum dan terpaksa mencabut sebagian fasilitas yang kami sediakan. Sebagaimana yang saya sebut tadi," ujar dia. 

"Sedangkan mereka tidak membayarnya, tapi kami tetap memiliki kewajiban untuk membayar pengelolaan perumahan ini selama beberapa tahun ini. Karena enggak mungkin kan sekuriti yang kerja dan lain tidak mengeluarkan biaya. Itu sebenarnya disubsidi developer,” sebut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com