Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepanjang 2018, 31 Kasus Leptospirosis Terjadi di Jakarta, 2 Orang Meninggal

Kompas.com - 21/02/2019, 16:18 WIB
Nursita Sari,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 31 kasus penyakit leptospirosis atau kencing tikus terjadi di Jakarta sepanjang 2018. Dari jumlah tersebut, 2 korban meninggal dunia.

Kompas.com mendapatkan data tersebut dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (DP2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, Kamis (21/2/2019).

"31 kasus (di Jakarta)," ujar Anung melalui pesan singkat kepada Kompas.com.

Sementara pada 2019, belum ada kasus leptospirosis yang terjadi di Jakarta.

Selain di Jakarta, kasus leptospirosis juga terjadi di tujuh provinsi lainnya di Indonesia dalam periode 2018 hingga Januari 2019. Di Banten, 104 kasus terjadi dengan korban meninggal 26 orang. Sementara di Jawa Barat ditemukan 2 kasus tanpa korban meninggal.

Baca juga: Musim Hujan Datang, Waspadai Leptospirosis

186 kasus leptospirosis terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah korban meninggal 16 orang. Kemudian, 427 kasus ditemukan di Jawa Tengah dengan korban meninggal 89 orang. 128 kasus serupa ditemukan di Jawa Timur dengan 10 korban meninggal.

Leptospirosis juga ditemukan di Maluku dengan jumlah 5 kasus, 2 korban di antaranya meninggal dunia. Terakhir, 3 kasus leptospirosis terjadi di Kalimantan Utara dengan jumlah korban meninggal 2 orang.

Anung menyampaikan, Kementerian Kesehatan telah meminta seluruh pemerintah provinsi untuk mewaspadai penyakit tersebut.

Baca juga: Leptospirosis, Penyakit Akibat Tikus yang Banyak Terjadi di Jakarta

"Kemkes sudah membuat edaran kewaspadaan dan mendorong daerah untuk melakukan antisipasi dan meningkatkan pemahaman masyarakat untuk hal-hal yang harus dilakukan," kata Anung.

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai pada musim hujan. Leptospirosis adalah penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.

Bakteri tersebut terdapat pada tubuh hewan dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui mata, selaput lendir, dan luka terbuka yang kontak dengan air atau tanah yang terkontiminasi bakteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com