Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Hujan Es di Jakarta, Ini Penjelasan BMKG...

Kompas.com - 03/04/2019, 10:15 WIB
Cynthia Lova,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, fenomena hujan es yang terjadi di DKI Jakarta pada Selasa (2/4/2019) sebagai fenomena alamiah.

Kepala Bidang Manajemen Observasi Meteorologi Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena hujan es biasa terjadi pada musim peralihan.

Adapun bulan April ini merupakan fase peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

“Di musim peralihan, radiasi matahari yang masuk ke bumi (insolation) akan sempurna diterima oleh permukaan, sehingga memungkinkan awan tumbuh menjulang apabila didukung adanya inti kondensasi awan,” ucap Hary dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/4/2019).

Baca juga: Magelang Diguyur Hujan Es, Bagaimana Bisa Terjadi?

Informasi mengenai hujan es ini viral di media sosial. Adanya hujan es di sejumlah wilayah DKI Jakarta diunggah akun instagram @jktinfo.

Tampak dalam gambar yang diunggah tersebut, butiran-butiran batu es kecil yang bertebaran di lantai. Batu es itu juga disertai air hujan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Selasa (2/4) beberapa wilayah dari laporan warga terpantau adanya hujan es. di tempat kamu bagaimana ? photo @nozani_04 #jktinfo

A post shared by JAKARTA INFO (@jktinfo) on Apr 2, 2019 at 2:56am PDT

Hary mengatakan, hujan es merupakan curah hujan dalam bentuk padat yang terdiri dari bola-bola es.

Salah satu proses pembentukan hujan es ini melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas titik beku (freezing level) 0 derataj celcius.

“Es yang terjadi dengan proses ini biasanya berukuran diameter antara 5 sampai dengan 200 milimeter (mm), dengan batu-batu es besar yang berasal dari awan Cumulonimbus (Cb),” ucap Hary.

Ia mengatakan, batu-batu es (hail stone) yang telah terbentuk mulai dari bagian tengah awan sampai pada lapisan atas awan (top cloud) itu tidak semuanya mencair ketika turun ke lapisan yang lebih rendah meskipun dengan suhu yang relatif hangat.

Baca juga: Hujan Es, Petani Bawang di Semarang Terpaksa Panen Dini

Hujan es yang terkadang disertai dengan angin kencang, bahkan puting beliung, berasal dari jenis awan Cb bersel tunggal (single-cell) ataupun berkelompok (multi-cell) yang tumbuh secara vertikal di daerah yang tropis seperti Indonesia.

Jika kristal-kristal es yang telah terbentuk pada puncak awan dingin jatuh melalui lapisan awan campuran yang mengandung tetes-tetes air kelewat dingin (supercooled water), maka kristal es akan tumbuh dengan penambahan (accretion) yang mana air menjadi beku dalam kristal es dan akan membentuk embrio batu es hujan.

Hary mengatakan, embrio batu es hujan ini akan naik mengikuti arus udara ke atas (updraft) sepanjang arus masih cukup besar untuk menopang massa es.

“Sebaliknya akan jatuh batu es ini ketika kecepatan terminal mengikuti gaya gravitasi lebih besar dibandingkan arus udara ke atas,” ucap dia.

Batu es (hail) yang keluar dari sistem sirkulasi konvektif internal awan dan menuju ke bawah sepanjang penguapan (evaporasi) tidak terlalu besar akan berbentuk es.

“Malah mungkin saja membahayakan aktivitas manusia apabila diameter batu es melebihi 2 sentimeter (cm) atau terjadi secara masif,” ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com