Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Siapa Mau Naik LRT ke Kelapa Gading? Itu Tempat Orang Bermobil

Kompas.com - 13/06/2019, 19:30 WIB
Vitorio Mantalean,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Intrans) Darmaningtyas menilai lintas rel terpadu (LRT) Jakarta akan menjadi proyek merugi.

Ia memperkirakan, okupansi penumpang LRT kemungkinan besar tidak sanggup menutupi biaya operasional yang diperlukan.

"LRT Jakarta akan menjadi proyek rugi, itu sudah pasti. Dia akan disubsidi seumur hidup," ujar Darmaningtyas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/6/2019) siang.

Baca juga: M Taufik: LRT Jakarta Proyek Gagal

"Mau bagaimana tidak rugi? Biaya operasionalnya tinggi, penumpangnnya sedikit. Dari mana bisa memperoleh biaya operasional kalau bukan mengandalkan subsidi?" tambahnya.

Saat ini, proyek LRT Jakarta yang telah siap beroperasi adalah pembangunan tahap 1 koridor 1.

Lintasannya membentang 5,8 kilometer dari Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur sampai Stasiun Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, melewati kawasan Pulomas dan Kelapa Gading.

Baca juga: Pembangunan Skybridge LRT dan Transjakarta yang Instagramable Hampir Rampung

Rute ini dinilai menjadi salah satu penyebab rendahnya okupansi LRT Jakarta saat telah beroperasi resmi.

"Ke Kelapa Gading siapa yang mau naik (LRT)? Itu, kan, tempatnya orang bermobil, okupansinya enggak signifikan, jelas," katanya. 

Menurut dia, kebijakan tarif Rp 5.000 tidak akan banyak berpengaruh untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke LRT. 

Baca juga: Naik LRT Jakarta Gratis, Warga Penasaran hingga Ajak Anak Berlibur

"Orang bermobil, kan, tidak sensitif dengan tarif. Yang sensitif tarif itu penumpang transjakarta. Jadi, besaran tarif itu tidak terlalu memengaruhi keputusan mereka memakai LRT," ujar Darmaningtyas.

Sudah ditinggalkan di negara maju

Darmaningtyas beranggapan sudah terlambat LRT dibangun di Jakarta.

Menurut dia, moda transportasi massal ini sudah ditinggalkan di negara-negara maju. Penyebabnya, biaya operasional dan pembangunan infrastruktur LRT terbilang besar, tanpa diimbangi dengan kapasitas angkut dan daya jangkau yang luas.

Baca juga: Menebak Kepastian Waktu LRT Jakarta Beroperasi Komersial...

"Sudah sejak dulu saya ingatkan, mau ngapain kita bangun LRT? LRT itu merupakan moda transportasi yang ketinggalan zaman. Kita kok malah bikin," kata dia.

"Di negara-negara maju ditinggalkan, mereka mengembangkan BRT (bus rapid transit)," ujar Darmaningtyas. 

Padahal, proyek LRT rute Kelapa Gading-Velodrome baru merupakan koridor awal yang dibangun di Jakarta.

Baca juga: Ada Proyek LRT Jabodebek, Jalan Setiabudi Tengah Ditutup Mulai 17 Juni 2019

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com