Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krontjong Toegoe di Tengah Minimnya Perhatian pada Budaya Portugis-Indonesia

Kompas.com - 16/07/2019, 11:30 WIB
Anastasia Aulia,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

KOMPAS.com — "Crong crong" begitulah bunyi musiknya sehingga dipanggil musik keroncong. Musik ini berasal dari Indonesia yang dimainkan oleh orang Portugis pada masa kolonialisme Belanda di Indonesia.

"Kami memainkan musik keroncong dan berbicara di forum internasional bahwa keroncong berasal dari Indonesia, Kampung Tugu, karena kami telah memainkan musik ini sejak 1661," ujar Arthur James Michiels (50), keturunan ke-10 dari Letnan Mardijker, Jonathan Michiels, ketika ditemui Kompas.com di kediamannya di Kampung Tugu pekan lalu.

Arthur menjelaskan dulu moyangnya memainkan musik ini di tengah rawa-rawa di dalam hutan.

Baca juga: Dari Kampung Orang Portugis Jadi Gudang Kontainer, Rupamu Kini Kampung Tugu

Sebelumnya orang-orang Portugis ini, Mardijker sebutannya, tinggal di Batavia di bawah kekangan Belanda.

Namun, mereka memilih untuk mengasingkan diri ke daerah yang kini disebut Kampung Tugu. Letaknya di Cilincing, Jakarta Utara. Di sana mereka membangun kampung sendiri. Terdiri dari 23 marga, tetapi sekarang hanya tersisa 7 marga.

Keroncong sendiri biasanya terdiri dari alat musik biola, prunga, machina, gitar, cello, bass dan rebana. Namun, terkadang ditambahkan flute, saxophone, akordion, dan harmonika.

"Krontjong Togoe itu kan tertua saat ini, jadi kalau ke mana-mana orang-orang wah lihat kita" ujar Arthur.

Baca juga: Krontjong Toegoe, Tafsir Jakarta Tenggelam

Pria yang merupakan pemain bass betot di Krontjong Toegoe itu memiliki satu pengalaman yang tidak dapat ia lupakan, yaitu ketika Krontjong Toegoe diundang untuk menjadi bintang perayaan lima tahun penetapan musik Fado sebagai warisan budaya dunia di Lisbon, Portugal.

Grupnya pun meninggalkan kesan yang memukau terhadap orang-orang yang hadir di sana.

"Di sana kami pertontonkan sebuah musik yang tidak ada hubungannya dengan Portugal. Mereka pun kaget itu musik jenis apa. Namun memang liriknya bahasa kreol," tutur Arthur.

Arthur menjelaskan perkembangan musik Keroncong sudah sampai ke seluruh nusantara dan masing-masing daerah memiliki ciri khas sendiri dalam bermain Keroncong. Bahkan, grup Keroncong lain ada yang sedang naik daun melebihi nama Krontjong Toegoe.

Arthur mengakui pamor Krontjong Toegoe sudah memudar meskipun masih sering diingat masyarakat Indonesia.

Baca juga: Gado-gado Kampung Tugu Beda dari Gado-gado Betawi, Ini Rahasianya...

"Miris saja, capek sekali dari 12 Juli 1988. Hari ini kami tepat 31 tahun. Nama Krontjong Toegoe kan sudah gila-gilaan, tapi kok apresiasinya minim ya. Jadi aneh banget begitu," katanya.

Namun karena tanggung jawab moral, Krontjong Toegoe tetap eksis hingga saat ini meskipun terkadang mereka diperlakukan dengan kurang baik oleh oknum-oknum yang tidak menyukai musik keroncong.

Demi pelestarian musik keroncong mereka melakukan perjalanan ke banyak kota di Indonesia. Bahkan, menurut Arthur, di beberapa tempat di mana musik keroncong telah redup, gairahnya bangkit kembali setelah dikunjungi oleh Krontjong Toegoe.

Krontjong Toegoe pun sudah eksis di berbagai platform digital, seperti Spotify, Joox, iTunes dan YouTube.

Arthur sangat mengharapkan pemerintah mau membantu untuk melestarikan Kampung Tugu dan budayanya, yaitu musik keroncong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Megapolitan
Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Megapolitan
Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Megapolitan
PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

Megapolitan
Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Megapolitan
Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Megapolitan
Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Megapolitan
Cerita 'Single Mom' Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Cerita "Single Mom" Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Megapolitan
Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi 'Online'

Polresta Bogor Tangkap Selebgram yang Promosikan Judi "Online"

Megapolitan
Warga Terpukau Kemeriahan Puncak HUT Ke-497 Jakarta

Warga Terpukau Kemeriahan Puncak HUT Ke-497 Jakarta

Megapolitan
Setelah PKS-PKB, Anies Optimistis Ada Partai Lain yang Bakal Usung Dirinya di Pilkada Jakarta

Setelah PKS-PKB, Anies Optimistis Ada Partai Lain yang Bakal Usung Dirinya di Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Sebut Pelaku Pembakaran Rumah di Jakbar Tak Gunakan Bensin, Hanya Korek Api

Polisi Sebut Pelaku Pembakaran Rumah di Jakbar Tak Gunakan Bensin, Hanya Korek Api

Megapolitan
Kesal Ditinggal Istri, AS Nekat Bakar Pakaian Hingga Menyebabkan Kebakaran di Jakbar

Kesal Ditinggal Istri, AS Nekat Bakar Pakaian Hingga Menyebabkan Kebakaran di Jakbar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com