Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komunitas Reenactor Indonesia, Ketika Penggila Sejarah Hidupkan Lagi Soekarno hingga Tentara Nazi

Kompas.com - 21/07/2019, 16:37 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Begitu banyak peristiwa sejarah di masa lampau yang meninggalkan kesan tersendiri bagi sebagian orang. Ada yang terkesan dengan momen saat Soekarno membacakan teks proklamasi, momen ketika pecah Perang Dunia II, atau pembacaan sumpah pemuda. 

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengenang momen sejarah yang berkesan tersebut. Salah satunya melalui komunitas bernama Komunitas Reenactor Indonesia

Reenactor berasal dari kosa kata Bahasa Inggris yakni reenact yang artinya menghidupkan kembali. Sehingga, reenactor dapat diartikan sebagai seseorang yang menghidupkan kembali momen-momen sejarah tertentu. 

 
Cara yang dilakukan untuk menghidupkan kembali momen bersejarah. Bukan sekedar diskusi warung kopi atau koleksi benda sejarah, tetapi para pecinta sejarah ini membuat suatu reka adegan peristiwa bersejarah lengkap dengan mengenakan pakaian-pakaian yang ada pada masanya.
 
Seperti apa kegiatan komunitas ini?

Reka adegan Perang Dunia II yang dilakukan Komunitas Reenactor Indonesia.Dok. Komunitas Reenactor Indonesia Reka adegan Perang Dunia II yang dilakukan Komunitas Reenactor Indonesia.

Kompas.com berkesempatan mewawancarai salah satu anggota Komunitas Reenactor Indonesia bernama Ullifna Tamama pada Selasa (16/7/2019) lalu. 

Tama menceritakan dirinya bergabung sebagai anggota Komunitas Reenactor Indonesia sejak tahun 2015. Sementara itu, komunitas tersebut telah berdiri sejak tahun 2008. 

Komunitas itu didirikan atas dasar kesamaan hobi yakni mencintai sejarah, mengoleksi pakaian momen sejarah tertentu, serta melakoni reka ulang momen sejarah tertentu. 


Baca juga: Menghidupkan Mimpi di Kampung Dongeng Indonesia...

"Komunitas Reenactor ini cakupannya luas hampir menyeluruh se-Indonesia. Pada dasarnya komunitas ini terbentuk karena memiliki hobi yang sama yakni menyukai sejarah dan keinginan untuk menggunakan seragam melakoni adegan dalam momen sejarah tertentu," kata pria yang akrab disapa Tama tersebut. 


Anggota komunitas tak hanya mempelajari sejarah melalui internet atau buku begitu saja, mereka juga menghidupkan kembali suatu peristiwa sejarah. 
 
Caranya dengan memerankan adegan suatu peristiwa sejarah dan mengenakan pakaian yang mencerminkan momen sejarah itu. 
 
"Saat memerankan adegan itu, kita tidak hanya asal mereka ulang saja. Kita juga mempelajari nilai sejarahnya," ujar Tama. 
 
Baca juga: Menikmati Uniknya Sunyi House of Coffee and Hope, Kafe Dari dan Untuk Penyandang Disabilitas

Salah satu kegiatan yang baru dilakukan adalah melakukan sesi foto reka ulang perjuangan pergerakan pemuda Indonesia dengan tema Boedi Oetomo dan Siswa STOVIA di Museum Kebangkitan Nasional tanggal 13 Juli lalu. Mereka juga pernah memerankan momen Perang Dunia II lengkap dengan mengenakan atribut tentaranya. 

Tama menjelaskan, anggota komunitas biasanya mendapatkan baju-baju tersebut dari kolektor sejarah di Indonesia maupun luar negeri. 

"Kalau tahun 2008, sistem komunikasi kan masih terbatas, enggak seperti jaman sekarang makanya kita memanfaatkan informasi forum-forum kolektor di surat kabar. Sekarang kan sudah serba online, jadi kita memanfaatkan internet untuk mencari pakaian," ujar Tama. 

Tak jarang, anggota komunitas harus rela mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan pakaian sejarah yang diinginkan sebelum melakoni reka ulang. 

 
Baca juga: Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Rasakan Kenikmatan Luar Biasa yang Tak Dialami Orang Lain (2)

Tama menyebut, pakaian yang sulit didapatkan adalah pakaian tentara Jerman pada Perang Dunia II. 

Anggota komunitas harus rela mengimpor pakaian tersebut dari negera asalnya, Jerman. Tak jarang, pakaian yang mereka dapatkan telah mengalami kerusakan pada bagian tertentu. 

Menurut Tama, pakaian yang dikoleksi tak harus pakaian asli yang dikenakan oleh tokoh sejarah tertentu. 

Mereka dapat membeli pakaian yang memiliki tingkat akurasi dan kecocokan yang sama persis dengan pakaian kala itu. 

 
Baca juga: Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Berharap Ada yang Merawat dan Meneruskan Koleksinya (3)

"Bedanya komunitas Reenactor dan cosplay biasa adalah kita enggak sembarang membeli dan mengoleksi pakaian. Walaupun tujuannya sama untuk diabadikan dalam foto, tapi kita benar-benar ingin semuanya sama seperti yang dipakai saat momen itu. Misalnya pelajar STOVIA dulu memakai dasi kupu-kupu, maka kita harus memakai seperti itu juga," jelas Tama.

"Kita enggak asal pakai atau membeli pakaian karena kita tidak ingin mengabaikan nilai sejarahnya. Boleh saja sih kalau pakaian itu merupakan produksi ulang, tapi harus memiliki tingkat kecocokan hampir 99 persen dengan pakaian kala itu," lanjutnya. 

Tama mengatakan, Komunitas Reenactor Indonesia tak memiliki agenda rutin untuk kopdar (berkumpul) karena masing-masing anggota memiliki kesibukan berbeda. Mereka biasanya hanya mengatur agenda melalui grup aplikasi pesan singkat WhatsApp untuk menentukan jadwal pertemuan atau pertunjukan. 

"Anggota kita kan ada yang mahasiswa, karyawan swasta, jadinya sulit untuk menentukan jadwal kumpul. Kita fleksibel aja asalkan tetap saling sharing (berbagi) dan berkomunikasi melalui grup WhatsApp," ungkap Tama.  

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Begal Bikin Resah Warga, Polisi Janji Tak Segan Tindak Tegas

Megapolitan
PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

PSI Terima Pendaftaran 3 Nama Bacawalkot Bekasi, Ada Nofel Saleh Hilabi

Megapolitan
KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

KPAI: Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat 60 Persen

Megapolitan
Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Belum Laku, Rubicon Mario Dandy Rencananya Mau Dikorting Rp 100 Juta Lagi

Megapolitan
3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

3 Pelaku Begal Casis Polri di Jakbar Residivis, Ada yang Bolak-balik Penjara 6 Kali

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com