Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Polusi Udara di Bekasi Lebih Parah dari Jakarta pada Waktu Tertentu?

Kompas.com - 02/08/2019, 15:10 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Berdasarkan data AirVisual, polusi udara di kota-kota penyangga Jakarta tak lebih baik ketimbang Ibu Kota pada waktu-waktu tertentu, khususnya pada malam hari.

Salah satu kota penyangga Jakarta yang menorehkan catatan buruk dalam hal kualitas udara ialah Bekasi. Tak jarang, pada malam hari, kualitas udara di Bekasi lebih buruk ketimbang Jakarta.

Pelaksana harian (Plh) Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Kustantinah mengakui fenomena itu. Menurut dia, hal itu disumbang oleh beberapa faktor. Pertama, kemungkinan arah angin yang membawa polusi udara dair Jakarta ke kota sekitar.

Baca juga: Penerapan Ganjil Genap untuk Motor Dikaji karena Ikut Jadi Sumber Polusi Udara

"Kalau udara kan kita lihat arah angin, kita tidak bisa memprediksi arah mata angin ke mana. Kalau udara bisa saja mempengaruhi (dari Jakarta) ke seluruh wilayah Jabodetabek," ucap Kustantinah ditemui usai meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Sumur Batu, Bantargebang, Bekasi, Jumat (2/8/2019)

Di samping itu, Kustantinah menengarai bahwa fenomena ini terjadi lantaran pengerjaan proyek di sejumlah titik di Bekasi. Arus kendaraan keluar-masuk Jakarta-Bekasi pada jam berangkat dan pulang kerja pun bisa jadi salah satu faktornya.

"Pengujian kan kalau di jam-jam tertentu mungkin beda, karena kendaraannya berkurang atau bertambah. Pada saat tertentu bisa lebih baik atau lebih buruk (dari Jakarta). Apalagi kalau ada pembangunan jalan. Bisa saja, (lebih tinggi akibat) debu," ia menjelaskan.

Dugaan itu didapat dari hasil pengukuran partikel debu berukuran 10 mikron (PM 10) di Bekasi. Kemungkinan besar, debu-debu proyek inilah yang tertangkap alat pengukur kualitas udara.

Baca juga: Lebih Parah dari Jakarta, Ini Daftar Kota Paling Tercemar Polusi Udara

"Ya, PM 10 yang paling parah. Paling berpengaruh itu PM 10," kata Kustantinah.

Sebagai informasi, situs AirVisual mengukur tingkat polusi udara menggunakan PM 2,5 (partikel debu berukuran 2,5 mikron). Namun, pemerintah Indonesia masih memakai indikator PM 10.

Fakta bahwa polusi udara di kota-kota satelit Ibu Kota cukup parah pada waktu-waktu tertentu cukup menyita perhatian warganet. Salah satunya, Direktur Eksekutif Rujak Center for Urban Studies Elisa Sutanudjaja yang membuat twit mengenai hal ini lewat akun Twitter-nya.

"Halo warga Jawa Barat dan Banten, terutama yg di Tangerang, Tangsel, Bekasi, Cikarang, Karawang, Depok, Bogor, kualitas udara kalian tdk lebih baik dr Jakarta, malah lbh buruk. Dan Gubernur kalian turut tergugat, ayo tuntut kepala daerah kalian utk usaha perbaiki kualitas udara," tulis Elisa yang menyematkan gambar bidik layar situs AirVisual, Kamis (1/8/2019) pukul 01.42 WIB.

Dalam gambar bidik layar tersebut, wilayah indeks kualitas udara Bekasi 172 ug/m3, Bogor mencapai 168 mikrogram per meter kubik (ug/m3), Depok 207 ug/m3, dan Tangerang 164 ug/m3.

Angka-angka tersebut ditandai dengan indikator merah (berbahaya) dan ungu (sangat berbahaya). Sementara itu, kualitas udara Jakarta "hanya" sekitar 100-150 ug/m3 dengan indikator warna kuning dan jingga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com