Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena Kebaikannya, Dokter Mangku Justru Pernah Ditipu Pasien

Kompas.com - 18/09/2019, 16:45 WIB
Hilel Hodawya,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mangku Sitepoe (84) dikenal sebagai dokter yang melayani pasiennya dengan biaya Rp 10.000 untuk sekali berobat.

Ia mengabdikan diri untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Sebelum menetapkan biaya pengobatan Rp 10.000, dokter Mangku memulai pengabdiannya dengan memberikan layanan kesehatan gratis.

"Tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, mereka (pasien) tidak membayar sama sekali. Kami pun tidak dibayar, sama sekali kami tidak dibayar," ujar dokter Mangku.

Selain mendapat layanan kesehatan gratis, pasien yang berobat ke dokter Mangku juga mendapat obat secara cuma-cuma.

Baca juga: Biaya Rp 10.000 Jadi Alasan Pasien Berobat ke Dokter Mangku Sitepoe

Sebelumnya, saat masih berstatus sebagai mahasiswa, dokter Mangku pernah melakukan praktik di Denmark. Di sana, ia belajar tentang kebijakan tentang obat-obatan yang harus didonasikan untuk sosial enam bulan sebelum tanggal kedaluwarsanya.

Dari sanalah ia dan rekan-rekannya terinspirasi untuk membagikan obat secara gratis.

Sayangnya, kebaikan dokter Mangku disalahgunakan oleh sejumlah orang. Ia justru ditipu oleh pasiennya sendiri.

Dokter Mangku mengatakan, banyak di antara pasien yang datang tidaklah sakit. Meski menyadari hal itu, ia tetap memberikan obat kepada mereka.

"Tahu apa yang diperbuatnya? Obat itu dijual lagi. Banyak, bukan sedikit," ujar dokter Mangku.

Baca juga: Begini Cara Berobat dengan Biaya Rp 10.000 ke Dokter Mangku Sitepoe

Seorang pengurus yang juga pemasok obat di klinik dokter Mangku, Drs Gunawan Santoso, menyadari adanya penjualan obat yang seharusnya cuma-cuma.

Karena itu, ia mengusulkan agar pengobatan tidak lagi diberikan secara gratis, melainkan berbayar dengan tarif yang terjangkau.

"Dari situlah, setiap pasien yang datang berobat dikenai biaya Rp 2.500. Itu tahun 2000," kata dokter Mangku.

Ruang tunggu pasien di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.KOMPAS.com/HILEL HODAWYA Ruang tunggu pasien di Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Menolong sesama

Saat ini, dokter Mangku praktek di klinik yang didirikannya di kawasan Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Klinik itu bernama Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan St. Tarsisius yang telah berdiri sejak tahun 2004.

Pria asal Kabupaten Karo, Sumatera Utara itu melayani pasien setiap hari Rabu dan Sabtu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com