JAKARTA, KOMPAS.com - Nandi (36) masih berada di bawah gorong-gorong. Sambil jongkok, berulang kali dia bergelut dengan tebalnya lumpur dan tanah di sana.
Cangkul dan linggis pun jadi senjata utamanya untuk membelah tanah lembek tersebut, material yang selama ini menyumbat gorong-gorong di bawah Jalan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Tidak jarang dia mengeruk tanah dengan tangan sendiri. Maka tidak heran air selokan pun melumuri kedua telapak tangannya.
Badan kurusnya begitu tahan berada di dalam gorong gorong nan sempit itu. Padahal, kondisi di dalam sangat panas, sedikit oksigen, dan sudah pasti bau.
Untuk mencoba kondisi di dalam, Kompas.com pun sempat mendekati lubang gorong-gorong tersebut. Namun, belum sempat masuk, hawa panas begitu terasa menjilati wajah.
Baca juga: Tumpukan Tanah Dalam Karung Ditemukan di Gorong-gorong Panglima Polim
Bau khas saluran air pun sangat terasa walapun belum sempat masuk gorong-gorong.
Itulah yang dikerjakan Nandi selama satu tahun terakhir. Mengabdi kepada masyarakat sebagai petugas Sudin Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan.
Tidak ada raut kesal ketika dia bekerja di dalam selokan. Tidak ada keluh kesah yang keluar dari bibirnya yang berkumis tipis itu.
Dengan wajah tenang yang sedikit dialiri keringat, dia tetap menjalankan pekerjaannya.
Bahkan sesekali dia masih bisa bercanda dengan teman satu profesinya di dalam gorong - gorong. Siapa sangka dalam pengap dan sempitnya gorong-gorong itu mereka masih bisa mengumbar tawa.
Contohnya, ketika menemukan karung berisi lumpur yang menyebabkan gorong gorong mampat, mereka sontak berteriak.
"Wah harta karun nih, harta karun nih," teriak Nandi dan teman temanya kala melakukan rutinitas kerja pada Selasa (26/11/2019).
Salah satu temanya pun berkata, "Itu mah bukan harta karun, tapi harta karung". Sontak tawa mereka pun pecah di dalam gorong - gorong.
Tawa dengan guyon seadanya itu mungkin jadi salah satu hiburan bagi mereka yang setiap hari bekerja di bawah kaki kita. Bekerja mengikuti tuntutan masyarakat yang selalu mengeluh akan banjir, banjir, dan banjir.
Baca juga: Kerap Tersumbat, Gorong-gorong Ini Dipenuhi Endapan Semen
Padahal, masyarakat tidak sadar bahwa Nandi dan teman temannya lah yang setiap hari bekerja mengurusi sampah yang dibuang ke selokan.
"Ya kami ikhlas saja (bekerja di gorong-gorong). Namanya juga tugas ya, harus dikerjakan," kata Nandi.
Namun, rasanya Nandi tidak butuh apresiasi dari masyarakat, juga tidak butuh pengharapan dari pemerintah. Ia pun tidak butuh bonus untuk membayar semua jerih payahnya.
Rasa lelah akan terbayar jika apa yang mereka kerjakan berpengaruh menurunkan banjir.
"Senang banget, senang banget itu. Karena usaha kami berhasil," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.