Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Ada Early Warning System Sebabkan Bekasi Terdampak Banjir Paling Parah

Kompas.com - 04/01/2020, 16:03 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat penyebab Bekasi menjadi wilayah terdampak banjir paling parah lantaran belum adanya early warning system.

Hal ini disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB, Agus Wibowo di Gudang BNPB, Kota Bekasi, Sabtu (4/1/2020).

"Sistem sungai di sebelah timur kan sungainya banyak, ada kali Bekasi, Kali Angke, Cikeas kan belum ada (early) warning (peringatan)," ujar Agus. 

Agus menuturkan Kota Bekasi teraliri sungai seperti Sungai Cileungsi, Sungai Cikeas, hingga Sungai Bekasi. Sedangkan, di Kabupaten Bekasi terdapat Sungai Citarum.

Baca juga: Pemkot Bekasi Prioritaskan Buka Jalur di Jalan Perumahan Pondok Gede Permai

Agus menjelaskan, saat ini sistem early warning baru ada di Sungai Ciliwung, Jakarta.

Menurutnya, penerapan sistem itu akan menyediakan data ketinggian air di bendungan, pintu air, tanggul, hingga tersedianya tempat pengukur air sungai.

"Ya dibikin seperti Kali Ciliwung itu, misalnya ada bendungannya, pintu airnya, tanggulnya terus ada tempat pengukur tinggi air sungai," kata Agus.

Tak hanya itu, Bekasi juga memerlukan tempat penampungan air, salah satunya adalah waduk.

"Mungkin akan dibangun Waduk juga. Itu lebih ke PU (Kementerian PUPR)," katanya.

Baca juga: Dilihat dari Jumlah Pengungsi, Kota Bekasi Terdampak Banjir Paling Parah

Banjir Bekasi yang terparah

Beberapa orang korban banjir datang ke posko pengungsian banjir di Gudang Logistik BNPB, Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (3/1/2020) untuk berobat.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Beberapa orang korban banjir datang ke posko pengungsian banjir di Gudang Logistik BNPB, Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Jumat (3/1/2020) untuk berobat.
Dikutip dari Wartakotalive.com, banjir di Bekasi pada 2020 ini disebut paling parah.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi mencatat sebanyak 24.999 warga korban banjir yang mengungsi sejak Rabu (1/1/2020) lalu.

Dari data itu ada sebanyak 8.971 pengungsi anak - anak.

Adapun jumlah pengungsi 24.999 jiwa yang terdiri dari 8.971 anak-anak, 7.914 lansia dan sisanya orang dewasa.

Mereka tersebar di 45 titik lokasi pengungsian di 10 kecamatan.

Baca juga: BNPB: Sejumlah Wilayah Jabodetabek Masih Tergenang Banjir, Kota Bekasi Tertinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com