Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Masyarakat Sipil Soroti Buruknya Komunikasi Pemerintah Tangani Covid-19

Kompas.com - 13/04/2020, 17:45 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Koalisi Masyarakat Sipil menyoroti buruknya komunikasi pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

Dokumen rekomendasi kebijakan Koalisi Masyarat Sipil yang disusun bersama oleh Indonesia Corruption Watch, Indonesia Budget Center, Forum Indonesia untuk Transparansi, dan Trasnparency International menyoroti masalah komunikasi itu sebagai salah satu ketidaksiapan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

“Untuk Indonesia sendiri, penyebaran telah terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah ketidaksiapan pemerintah sedari awal karena sikap yang terlalu meremehkan ancaman Covid-19,” tulis Koalisi Masyarakat Sipil dalam dokumen yang diterima Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Baca juga: Data Penambahan Pasien Covid-19, DKI Jakarta Mencapai 160 Kasus Baru

“Berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk menangani penyebaran Covid-19 tidak konsisten, tidak transparan, dan menimbulkan kontraksi komunikasi, terutama antarinstitusi negara yang berwenang menangani masalah ini, serta antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,” lanjut mereka.

Tidak harmonisnya hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah kerapkali mengemuka.

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah sering tak akur akibat perbedaan pandangan, dari soal keterbukaan informasi hingga tak seiramanya langkah daerah dengan pusat dalam hal mitigasi penyebaran Covid-19.

Dalam contoh terbaru, bentrok antarinstitusi negara justru melibatkan internal Istana sendiri, yakni antara Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dengan Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan dalam bentuk dualisme instrumen hukum yang membuat publik bingung lantaran ketidakpastian regulasi.

Terawan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 menegaskan, operasional ojol di wilayah yang menetapkan PSBB hanya sebatas mengangkut logistik dan barang, bukan penumpang.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kemudian merumuskan Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 selaras dengan isi Permenkes bahwa ojol tidak mengangkut penumpang.

Namun, belakangan, Luhut yang juga menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memperbolehkan ojol mengangkut penumpang melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020.

Koalisi Masyarakat Sipil berpandangan, pemerintah pusat memberikan porsi terlalu besar pada persoalan ekonomi, ketimbang pandemi Covid-19 itu sendiri.

“Fokus atas penanganan pandemi Covid-19 sebagai isu kesehatan tidak terlalu menonjol, karena pemerintah pusat lebih melihat persoalan ekonomi yang akan muncul dari pandemi yang harus diantisipasi, daripada masalah kesehatan yang menjadi ancaman serius masyarakat,” ujar mereka.

“Karena pertimbangan ekonomi menjadi tumpuan, maka kebijakan pencegahan penyebaran virus corona menjadi tidak terlalu jelas,” lanjut pernyataan koalisi itu

Koalisi itu mengingatkan, Indonesia punya riwayat manajemen informasi publik yang kurang memadai selama masa darurat kebencanaan. Di saat pemerintah terkesan lamban dalam melawan penyebaran virus yang sangat cepat, warga akhirnya mengambil inisiatif sendiri.

“Akibatnya, masyarakat mengambil inisiatif sendiri dengan bahu membahu sesamanya, mendorong adanya pengumpulan bantuan, menutup secara swadaya lingkungan mereka dan usaha lain yang dapat diamati dari lalu lintas informasi di media sosial,” tambah koalisi tersebut.

Hingga Senin ini, Pemerintah Indonesia mengonfirmasi 4.557 kasus positif Covid-19. Angka kematian melampaui tingkat kesembuhan pasien Covid-19, yaitu 399 kasus kematian sementara pasien sembuh tercatat 380 kasus.

Angka kematian tersebut belum menghitung jumlah orang yang tutup usia dalam keadaan belum terkonfirmasi Covid-19 lantaran pemeriksaan yang lamban.

Baca juga: Ini Arahan MUI Terkait Ibadah Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19

Di DKI Jakarta, salah episenter Covid-19, Pemprov DKI Jakarta mencatat 4.377 pemakaman pada Maret 2020. Angka itu mendadak melonjak sekitar 1.500-1.600 pemakaman dibandingkan rata-rata pemakaman di bulan-bulan sebelumnya.

Hingga pekan lalu, Pemprov DKI Jakarta mencatat 639 jenazah yang dikebumikan dengan protokol pemakaman jenazah pasien Covid-19, walaupun jenazah yang bersangkutan belum dinyatakan positif Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com