DEPOK, KOMPAS.com - Kuasa hukum korban pencabulan eks pengurus Gereja Santo Herkulanus Depok, Azas Tigor Nainggolan menyatakan dukungan terhadap dakwaan yang diajukan jaksa penuntut umum terhadap terdakwa SPM.
"Pihak korban mendukung dakwaan yang disusun oleh jaksa penuntut umum," ujar Tigor singkat kepada Kompas.com, Selasa (6/10/2020).
Kejaksaan Negeri Depok sendiri sudah mendakwa SPM dengan pasal berlapis, melalui sidang perdana pembacaan dakwaan di Pengadilan Negeri Depok, kemarin.
Baca juga: Predator Seksual Anak Gereja Herkulanus Depok Didakwa Pasal Berlapis
Pertama, SPM didakwa pasal 82 ayat 2 juncto pasal 76 e Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang tentang perlindungan anak, juncto pasal 65 ayat 1 KUHP.
Kedua, SPM didakwa pasal 82 ayat 1 juncto pasal 76 Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak, juncton pasal 65 ayat 1 KUHP.
Ketiga, SPM didakwa dengan pasal 292 KUHP juncto pasal 65 ayat 1 KUHP.
Dengan dakwaan-dakwaan di atas, SPM terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara karena telah mencabuli korban.
Meski demikian, Tigor berharap agar ketentuan perundang-undangan mengenai kekerasan seksual terhadap anak dapat diperbaiki di masa depan, supaya ancaman hukuman maksimal bagi pelaku bisa diperberat.
"Pada masa mendatang perlu revisi terhadap sistem hukum dalam sistem hukum yang menangani perkara kekerasan seksual pada anak," jelasnya.
"Perlu diubah sanksi hukum menjadi lebih berat hingga hukuman penjara seumur hidup bagi pelakunya agar ada efek jera," tambah Tigor.
Sebagai informasi, SPM ditangkap polisi pada 4 Juni 2020, setelah korban dan pengurus Gereja Herkulanus menggelar investigasi internal atas keterlibatan SPM dalam kejahatan seksual terhadap anak-anak yang ia naungi dalam kegiatan misdinar gereja.
Azas Tigor Nainggolan menyebut, ada lebih dari 20 anak korban kekerasan seksual oleh SPM di Gereja Herkulanus, dengan rentang waktu kejadian yang berbeda-beda sebab SPM sudah menaungi anak-anak itu sejak awal 2000.
Dari sedikitnya 20 kasus itu, mayoritas sulit dilaporkan ke polisi karena susahnya mencari alat bukti dan beberapa korban maupun orangtuanya belum siap secara psikis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.