JAKARTA, KOMPAS.com - “Bletak..bletaak. Tok..tok..” Suara itu terdengar berulang kali dari atas saung di pinggir Sungai Ciliwung. Tak lama kemudian, buah kecapi yang sudah berjatuhan dan tampak berlubang.
“Itu bajing yang lagi makanin kecapi,” kata Djahari (41), pegiat Komunitas Peduli Ciliwung Kedung Sahong saat ditemui di pinggir Sungai Ciliwung, Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Jumat (13/11/2020) sore.
Di pinggiran Sungai Ciliwung, buah kecapi dengan mudah bisa ditemui. Buah-buah kecapi bertebaran di tepi Sungai Ciliwung. Kecapi sayangnya hanya berjatuhan tanpa ada peminat.
Baca juga: 5 Buah yang Aman untuk Penderita Asam Lambung
Djahari mengatakan, di Lenteng Agung, tepatnya di pinggir Sungai Ciliwung, pohon kecapi ada yang sudah berumur hingga 40 tahun dan masih berbuah.
“Sekarang sih udah jarang buat dimakan. Kalau lagi aja buat dimakan. Jarang buat dijual,” ujar Djahari.
Fatimah (44) ingat betul kenangannya dengan buah kecapi. Kecapi yang rasanya asam tetap ia kenang dalam keseharian. Kenangan tentang kecapi sulit ia lupakan.
“Sering dulu mah makan kecapi. Namanya dulu anak-anak main sama makan di kebon Itu nimpukkin dulu pohon kecapi kan tinggi-tinggi. Benar-benar bolang (bocah petualang) dulu sendiri mah,” kata Fatimah saat ditemui di pinggir Sungai Ciliwung.
Dengan logat Betawi ceplas-ceplos, Fatimah terus menyerocos. Pohon kecapi, saat ia kecil, juga jadi tempat bermain. Dari pohon kecapi, Fatimah dan teman-temannya melompat ke Sungai Ciliwung.
“Dulu kecapi suka jadi lomba. Ditimpukkin terus jadi lomba-lomba ambil di sungai,” tambah Fatimah.
Baca juga: Gac, Buah Langka dari Surga, Kini Ada di Gunungkidul
Terkadang, Fatimah juga suka membawa pulang buah kecapi ke rumah. Mengapa?
“Dulu kan waktu kecil enggak kuat, jadi bukanya digencet pintu karena keras buahnya,” tambah Fatimah.
Di kalangan warga Lenteng Agung yang bermukim di sekitar Kedung Sahong, buah kecapi menjadi buah nostalgia. Namun, anak-anak kecil bilang tak terlalu suka buah kecapi lantaran rasanya yang asam.
“Anak-anak sini ya kadang makan buah kecapi. Anak saya juga suka nyari jatuhan buah kecapi aja. Enggak bisa manjat, kan pohonnya tinggi, jadi enggak mau metik,” ujar Fatimah.
Bagi Fatimah, buah kecapi tak hanya sebatas sebagai rasa melainkan sudah menjadi kenangan. Fatimah bilang, “Buah kan rasanya sebatas di lidah, kalau kenangan kan tetep hati.”
Pohon kecapi yang bernama latin Sandricom Koetjape merupakan tanaman khas Jakarta yang kini keberadaannya sudah langka.