Ketua RT 003/002 Lenteng Agung Zainal Abidin (58) dan warga asli Lenteng Agung mengatakan, penduduk asli Betawi dulu banyak menanam pohon kecapi di pekarangan rumah dan di pinggir kali.
Dulu, pohon kecapi suka dimanfaatkan penduduk asli Betawi untuk membangun rumah.
Baca juga: Salak Condet, Maskot Jakarta yang Kini Langka...
“Dulu buahnya dijual ada yang dimakan. Orang dulu aneh lihat buah kecapi. Dibilang apel bukan,” kata Bidin saat ditemui di Lenteng Agung.
Menurut Bidin, buah kecapi tak selalu dikenal oleh anak-anak saat ini, terlebih bukan orang asli Jakarta.
Saat ini, pohon kecapi masih bisa ditemui di sekitar Tanjung Barat dan Condet.
“Kecapi sekarang sudah susah karena kebon-kebon sudah jarang dan dijadiin rumah. Kayunya juga ditebang,” kata Abidin.
Buah kecapi sekilas seperti manggis, yang terdiri dari beberapa buah berwarna putih. Kulit buahnya berwarna kuning. Yang matang, rasanya dominan manis dan sedikit masam.
Kecapi kini disebut Abidin kalah populer dengan buah lainnya seperti rambutan, mangga atau durian.
Saat ini, hanya sedikit orang yang menanam pohon bahkan tak yang melirik untuk menanam kecapi.
“Ini dulu kecapi dipanggil buah hutan, berbuah musiman. Setahun sekali jadi susah dijual,” ujar Abidin.
Cara memakan kecapi ala orang Betawi pun beragam. Abidin menyebutkan, ada yang digigit langsung, dibelah memakai pisau, dijepit di pintu, dan dibanting ke tanah.
Akankah kecapi tetap bisa eksis di Jakarta?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.