JAKARTA, KOMPAS.com- Produsen tempe di Kampung Tempe, Sunter, Jakarta Utara Sunoto (40) mengatakan, dia dan produsen tempe lain awalnya berencana turun ke jalan sebagai respons terhadap melonjaknya harga kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu.
Namun hal itu urung dilakukan karena sedang masa pandemi Covid-19.
"Sebelumnya sudah naik, tapi didiemin kok masih segitu harga kacang. Kalau enggak musim Covid-19 mungkin kita sudah turun ke jalan. Tapi ini pandemi jadi enggak bisa keluar, jadinya kita ambil mogok tiga hari itu," ucap Sunoto saat diwawancarai di lokasi, Senin (4/1/2021).
Sunoto yang sebelumnya tiga hari mogok kerja kini sudah mulai kembali memproduksi tempe.
Baca juga: Kembali Diproduksi, Harga Tahu dan Tempe di Jakarta Naik 5-8 Persen
Namun, Sunoto masih mengeluhkan harga kacang kedelai yang masih tinggi.
"Tiga hari itu mogok, pas hari libur, Jumat Sabtu, Minggu, kalau hari ini sudah produksi," ucap Sunoto.
"Cuma masih sedikit, pada ngeluh karena harga kacangnya masih mahal banget, belum turun," lanjutnya.
Harga kacang kedelai yang awalnya seharga Rp 7.000 naik menjadi Rp 9.000 per kilogram.
Oleh sebab itu harga tempe di pasaran menjadi naik sebesar Rp 1.000 per potongnya.
Baca juga: Usai 3 Hari Mogok Kerja, Produsen Tempe di Sunter Mulai Kembali Produksi
"Terkadang harganya naiknya Rp 1.000, dari harga Rp 5.000 ke Rp 6.000. Kalau ukuran dikurangi kadang-kadang pembelinya banyak komplain," ujar Sunoto.
Sejak kenaikan harga tempe, Sunoto mengaku produksinya berkurang hingga 20 persen.
Biasanya dalam satu hari Sunoto bisa memproduksi hingga 30 kilogram kacang kedelai.
Sebelumnya, Pusat Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta memastikan para perajin tahu- tempe telah melakukan mogok produksi sejak malam tahun baru hingga 3 Januari 2021.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.