JAKARTA, KOMPAS.com - Lembaga nonprofit di Jakarta Timur, Tunasmuda Care atau T Care menampung sekitar 200 ton donasi minyak jelantah dari warga sejak Maret 2020 hingga saat ini, guna mengurangi pencemaran lingkungan.
“Per bulan kami mengumpulkan sekitar 20 ton,” kata Ketua Yayasan T Care Hendera Piliang di Jakarta, Jumat (8/10/2021), seperti dikutip Antara.
Setiap hari, lanjut dia, yayasan ini menjemput ke permukiman warga untuk mengambil donasi minyak bekas tersebut setelah ditampung terlebih dahulu melalui RT/RW.
Baca juga: Wagub Tegaskan Pemprov DKI Tak Pernah Larang Warga Gunakan Air Tanah
“Mereka itu awalnya membuang, kemudian kami edukasi, damping akhirnya ada kelompok masyarakat terlibat menjadi gerakan jelantah membawa berkah,” katanya.
Hasil dari pengumpulan minyak jelantah dari rumah tangga itu, kata dia, disalurkan lagi kepada pihak ketiga yang mengekspor hingga ke Jerman.
Hendra menambahkan hasil dari ekspor tersebut dikembalikan kepada warga dalam bentuk bantuan sosial, pendidikan bagi 20 rumah belajar anak yatim piatu serta pemberdayaan masyarakat di kawasan yang warganya menyumbangkan minyak jelantah.
Selain itu, lanjut dia, juga ada pelatihan pembuatan sabun dari jelantah, hingga pemasaran usaha secara digital bagi masyarakat.
Saat ini, T Care menggandeng salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta melakukan penelitian mulai dari keamanan hingga nilai ekonomi dari pemanfaatan minyak jelantah yang dapat diolah menjadi sabun, lilin hingga pupuk.
Baca juga: UPDATE 9 Oktober: Jakarta Tambah 100 Kasus, 2 Pasien Covid-19 Meninggal
Meski begitu saat ini olahan minyak jelantah belum diproduksi massal karena masih tahap penelitian yang rencananya selesai pada Desember 2021.
“Kalau di luar negeri itu minyak jelantah sudah digunakan untuk sabun bahkan kosmetik,” ucapnya.
Sebagai gambaran, komoditas lemak dan minyak hewan/nabati diminati pasar ekspor.
BPS DKI Jakarta mencatat ekspor komoditas itu dari DKI Jakarta pada Agustus 2021 mencapai 77,4 juta dolar AS atau naik 154,8 persen dibandingkan periode sama 2020 mencapai 30,4 juta dolar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.