Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anak Semata Wayang Ismail Marzuki, Ditipu Orang Dekat yang Izin Pakai Lagu Ayahnya

Kompas.com - 11/11/2021, 13:21 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


DEPOK, KOMPAS.com - Hidup sebagai anak pahlawan bukan sesuatu yang berbeda. Rachmi Aziya (71), anak semata wayang Ismail Marzuki hidup sederhana di pinggiran Ibu Kota.

Soal nasib, ia tak selalu mujur. Rachmi bahkan pernah ditipu terkait royalti lagu-lagu karya ayahnya.

Ismail Marzuki memang punya ratusan karya, baik hasil ciptaannya sendiri ataupun lagu yang ia aransemen ulang.

Baca juga: Saat Sang Ayah Tampil di Google Doodle, Anak Ismail Marzuki Hidup dalam Impitan Ekonomi

Beberapa di antaranya adalah "Rayuan Pulau Kelapa", "Halo-halo Bandung", mars "Arek-arek Suroboyo", "Indonesia Tanah Pustaka", dan "Gugur Bunga di Taman Bhakti".

Soal izin menggunakan lagu-lagu Ismail, kini memang bisa melalui Rachmi.

Banyak pihak yang ingin menggunakan lagu Ismail Marzuki untuk kepentingan komersil maupun film.

Rachmi menyebutkan, beberapa orangn menawarkan diri menjadi perantara dirinya dengan pihak pengguna lagu Ismail Marzuki.

Baca juga: Mengenal Ismail Marzuki, Tokoh Betawi Asli yang Jadi Google Doodle Hari Ini

Di satu sisi, Rachmi sebenarnya menyadari telah dibohongi si perantara tersebut.

“Saya pernah ada orang urusin lagu bapak. Itu orang dekat sama saya. Belum lama, sebulan ini,” ujar Rachmi saat ditemui di rumahnya di kawasan Sawangan, Depok pada Rabu (10/11/2021) kemarin.

Saat itu nilai kontrak yang disampaikan ke Rachmi sebesar Rp 5.000.000. Sebagai tanda terima kasih, Rachmi pun memberikan jatah kepada perantara tersebut.

“Dia sudah ambil Rp 500.000. Itu lalu saya tambahin Rp 500.000 buat dia,” kata Rachmi.
Akhirnya Rachmi kian curiga setelah beberapa waktu kemudian dirinya menghubungi rekan si perantara, lantaran belum menandatangi surat izin pemakaian lagu. Namun, perantara tersebut sulit dihubungi.

Di situ Rachmi mengetahui bahwa nilai kontrak penggunaan lagu ayahnya sebesar Rp 15.000.000, bukan Rp 5.000.000 seperti yang ditawarkan si perantara.

“Akhirnya saya tahu sebenarnya saya dibayar Rp 15.000.000, yang dikasih ke saya cuma Rp 4.000.000. Itu yang kasih tahu yang pakai lagunya,” kata Rachmi.

Peristiwa itu bukan satu dua kali terjadi. Selama masa pandemi Covid-19, Rachmi mengalami penipuan sebanyak tiga kali.

“Itu rata-rata orang sudah dekat yang ngelakuin. Saya sih enggak apa-apa. Asalnya bilang sudah ngambil uangnya. Saya sih udah enggak apa-apa,” ujar Rachmi.

Modus yang dilakukan pelaku adalah menjadi perantara izin pemakaian lagu Ismail Marzuki. Setelah itu, uang penggunaannya yang diberikan kepada Rachmi dikurangi.

Namun, Rachmi tak berniat menempuh jalur hukum. Ia pun percaya Allah SWT akan mengganti rezeki dan membalas perbuatan orang yang menipunya.

“Saya malas lah tempuh jalur hukum. Saya kan enggak punya duit. Nanti malah keluar duit kalau urus ke hukum. Udah gapapa. Dari situ saya belajar. Saya tahu dibohongin. Biar dari Allah aja. Saya sih santai aja,” tambah Rachmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com