Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Greenpeace Sebut Ada Limpahan Polutan dari Luar Jakarta yang Cemari Udara Ibu Kota

Kompas.com - 23/06/2022, 20:51 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Kampanye Iklim Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengatakan tingginya polusi udara di Jakarta juga disebabkan oleh emisi polutan yang datang dari daerah luar Jakarta.

Sebabnya, kata Bondan, dalam penelitian yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bersama sejumlah pihak pada 2019, ditemukan adanya polutan yang berasal dari sisa pembakaran batu bara.

Adapun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Jakarta yang terletak di Muara Karang tidak menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Baca juga: Jakarta Kewalahan Soal Polusi Udara, Walhi: Pemerintah Pusat ke Mana?

"Jakarta tidak punya PLTU batu bara. Artinya dari laporan itu bisa kita simpulkan ada polusi dari luar Jakarta ke Jakarta. Karena Jakarta enggak punya PLTU batu bara. Dan ini terverifikasi dari laporan tahunannya DKI Jakarta yang mengatakan adanya trans pollution," kata Bondan saat dihubungi, Kamis (23/6/2022).

Selain itu, industri lainnya di sekitar Jakarta juga berpotensi menyumbang emisi polutan ke Jakarta sehingga membuat tingkat polusi semakin tinggi.

Karena itu, ia meminta pemerintah pusat yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) turut melakukan supervisi dan koordinasi untuk menyelesaikan masalah polusi ini.

Sebabnya, polusi di Jakarta juga disebabkan pula oleh wilayah di luar Jakarta, khususnya dari kota-kota di Jawa Barat dan Banten yang berbatasan langsung dengan Jakarta.

"Lakukan koordinasi dengan disupervisi dengan Kementerian LHK dan Kemendagri. Ini kan berarti enggak jalan. Entah enggak jalan penanganannya, entah enggak jalan koordinasinya. Akhirnya masyarakat yang jadi korban," tutur Bondan.

Baca juga: Ganjil Genap Tak Efektif Kurangi Polusi Udara, Walhi Jakarta: Justru Pemicu Mobil Baru

Adapun DKI Jakarta sempat menempati posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu (15/6/2022).

Hasil tersebut dipublikasikan oleh situs IQ Air yang mengoperasikan informasi kualitas udara real time gratis terbesar di dunia.

Di samping itu, Air Quality Life Index (AQLI) atau indeks kehidupan kualitas udara berdasarkan laporan dari Energy Policy Institute at the University of Chicago (EPIC) menunjukkan, penduduk yang berada di Jakarta diperkirakan kehilangan harapan hidup rata-rata 3-4 tahun akibat polusi udara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com