JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Jakarta Barat, Sukarno mengaku kesulitan memonitor kesehatan pasien HIV (human immunodeficiency virus).
"Kadang orang yang sudah AIDS, mereka lari-lari dari kqmi, dari pengobatan ini. Sehingga kami enggak bisa memonitor apakah dia keluar daerah atau gimana. Bahkan kadang, ada yang meninggalnya kami juga enggak tahu," kata Sukarno kepada wartawan, Rabu (21/9/2022).
Baca juga: Cegah Penyebaran HIV/AIDS, Dinkes Kota Bekasi Alokasikan 16.560 Alat Kontrasepsi
Menurut Sukarno, banyak pasien yang melarikan diri dari pantauan petugas maupun tenaga kesehatan lantaran stigma buruk masyarakat.
"Banyak orang yang terkena HIV atau AIDS mereka takut kalau dicap oleh masyarakat. Mereka distigma seolah-olah orang yang terkena HIV adalah orang yang suka selingkuh atau persepsi lain," jelas Sukarno.
Menyikapi stigma buruk yang masih dilabeli kepada pasien, Sukarno menyebut pihaknya telah melakukan pendampingan psikologis.
Baca juga: Dinkes Kota Bekasi Catat 554 Kasus HIV/AIDS Sepanjang Tahun 2022
"Ada pendampingan psikologis, kami mempunyai lembaga swadaya masyarakat itu mendampingi secara psikologis," kata Sukarno.
"Kami mendekati pasien supaya betul-betul terbuka saat pendampingan. Sehingga mereka yakin dan kita yakinkan bahwa dia tidak akan sakit. Yang penting minum obatnya tiap hari," lanjut dia.
Oleh karena itu, Sukarno meminta kepada masyarakat untuk tidak mendiskriminasi para pasien HIV/AIDS.
"Justru itu kita buat seperti ini supaya mengurangi diskriminasi dan melabeli dengan stigma. Tidak perlu menyebarkan kalau orang tersebut terkena HIV," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.