Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Air Bersih, Warga Koja Terpaksa Beli Air hingga Rp 300.000 Per Bulan

Kompas.com - 04/11/2022, 08:28 WIB
Zintan Prihatini,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga di RT 007 RW 005, Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, harus membeli air karena krisis air.

Kondisi yang disebabkan adanya kendala pendistribusian air dari PT Aetra Air Jakarta ini memaksa mereka mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan air bersih.

Warga bernama Rafli Husaini (24) mengatakan, mereka sampai harus membayar Rp 7.000 untuk membawa satu gerobak yang mengangkut air dari masjid terdekat.

Baca juga: Harapan Warga Koja yang 8 Bulan Terdampak Krisis Air Bersih...

Krisis air bersih ini membuat Rafli beserta warga lainnya kesulitan. Setidaknya dalam sebulan, Rafli harus mengeluarkan uang sebesar Rp 300.000 untuk membeli air.

"Ya, saya juga beli di luar. Kalau saya ambil sendiri itu per gerobak Rp 7.000, biasanya saya gunakan dua gerobak untuk penuhin kebutuhan mandi, cuci piring per harinya," ungkap Rafli saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/11/2022).

"Kalau sudah terlalu capek kerja, biasanya saya suruh hansip sini untuk ambil dan bayar Rp 20.000 per gerobak," sambung dia.

Bahkan, beberapa dari warga memilih membayar bulanan ke pengelola masjid demi mendapatkan air bersih.

Baca juga: Warga Koja Terpaksa Bergadang demi Dapat Air Bersih: Harusnya Istirahat, Malah Tunggu Air Mengalir...

Hal inilah yang membuat mereka kerap mengajukan keluhan kepada PT Aetra Air Jakarta, selaku penyuplai air.

Air bersih dari PT Aetra Air Jakarta hanya menyala di waktu tertentu, atau hanya tiga jam saat dini hari.

Sering kali air di wilayah itu mati total sehingga warga terpaksa mengandalkan pasokan air bersih dari mobil tangki.

Perusahaan tersebut mendistribusikan air bersih melalui tangki. Tangki air berukuran 5.000 sampai 7.000 liter didistribusikan ke lokasi hanya jika ada keluhan dari warga.

Air dari tangki kemudian disuplai langsung ke wadah penyimpanan air milik warga. Akan tetapi, distribusi menggunakan tangki tidak menyelesaikan masalah krisis air.

Baca juga: Curahan Hati Warga Koja, 8 Bulan Dilanda Krisis Air Bersih

Bahkan, dari informasi yang diketahui Rafli, permasalahan air juga dirasakan warga di beberapa RT lain, tepatnya di wilayah yang berseberangan dengan rumahnya.

"Yang kami inginkan pastinya solusi paten yang berkaitan dengan air bersih di wilayah," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Duduk Perkara Pria Gigit Jari Satpam Gereja sampai Putus, Berawal Pelaku Kesal dengan Teman Korban

Megapolitan
15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

15 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com