Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dipantau lewat CCTV, Pelaku Pelecehan di KRL Bakal Ditangkap jika Masuk Stasiun

Kompas.com - 08/11/2022, 15:40 WIB
Tria Sutrisna,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) bakal memonitor terduga pelaku pelecehan penumpang perempuan di dalam kereta menggunakan CCTV di seluruh stasiun.

Hal itu disampaikan External Relation Manager KCI Leza Arlan untuk menanggapi kasus pelecehan yang menimpa penumpang perempuan di gerbong KRL pada Senin (7/11/2022).

"Ya, nanti kami akan coba telusuri, dan kami juga ada CCTV analytics yang mungkin kalau misalnya memang sesuai dengan si terduga pelaku, kami coba masukkan database," ujar Leza saat dihubungi, Selasa (8/11/2022).

Baca juga: Terduga Korban Pelecehan di KRL Kecewa Tidak Ada yang Membantu, Aku Malah Disuruh Diam

Nantinya, kata Leza, petugas akan mencocokkan pelaku dengan foto dan ciri-ciri yang sudah diberikan korban.

Setelah itu, petugas juga bakal mencegat dan mengamankan terduga pelaku ke pos pengamanan.

Selanjutnya, KCI akan langsung berkoordinasi dengan korban untuk menentukan tindak lanjut kasus pelecehan yang dialaminya.

Keputusan selanjutnya ada pada pihak korban, apakah bakal melaporkan pelaku pihak berwajib.

Dia pun memastikan bahwa KCI akan mendampingi sampai dengan pelaporan ke kepolisian selesai.

"Nanti kalau memang pelaku masuk stasiun, bisa langsung tidak boleh masuk di stasiun mana pun. Karena sudah terdeteksi dari kamera CCTV itu. Jadi nanti dengan korban juga, bukan dari kami saja," kata Leza.

Baca juga: Korban Pelecehan di KRL dan Transportasi Umum Lain Terus Berjatuhan, Pelaku Melenggang Bebas

Diberitakan sebelumnya, Peristiwa pelecehan seksual di transportasi publik kembali terjadi. Belakangan, seorang penumpang KRL mengaku mengalami pelecehan seksual di dalam gerbong kereta.

Ia sempat mengambil foto terduga pelaku dan menyebarkannya di akun Twitter @heggykearens.

Pemilik akun Twitter tersebut menceritakan kronologi singkat pelecehan seksual yang dia alami.

"Pas naik, udah mulai susah masuk ke dalam karena penuh. Di depan saya ada mas-mas pakai kacamata, yang kemudian jadi bangsat yang nempelin penisnya ke bokong saya dan goyang-goyang grinding," ujarnya.


Di kolom komentar, terduga korban menjelaskan bahwa tidak ada petugas atau penumpang yang berusaha membantunya ketika mengalami pelecehan dan melawan pelaku.

"Aku enggak terima petugasnya diam saja," bebernya.

"Aku tadi marah-marah pas bangsatnya lecehin aku, tapi habis itu aku nangis ga berhenti-berhenti pas turun KRL. Aku marah sama orang-orang yang (menyuruh) aku diam. Bingung, sedih, campur jijik," imbuhnya.

Terduga korban juga mengaku kesulitan untuk melapor karena ia diarahkan untuk melapor ke stasiun tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com