JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi titik jaringan internet (wifi) gratis di Ibu Kota disambut baik oleh sejumlah warga.
Pengurangan wifi gratis yang programnya dinamai Jakwifi itu salah satunya dilakukan di Jalan Wijaya, Gang Langgar, Kampung Sawah, Blok Q, Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Warga setempat bernama Hermanto mengatakan, pengurangan titik Jakwifi adalah langkah baik agar fasilitas itu tidak disalahgunakan.
"Setuju aja kalau dikurangi. Untuk di sini aja itu soalnya sering dibuat main game bukan buat belajar," ujar Hermanto saat ditemui, Senin (9/1/2023).
Hermanto mengatakan, sejumlah orang yang memanfaatkan keberadaan wifi itu umumnya anak-anak yang masih duduk di bangku SD dan SMP.
Ia menyebut, pemasangan Jakwifi di wilayahnya dilakukan sejak beberapa bulan lalu, dengan tujuan menunjang proses belajar mengajar anak-anak di sekitar Petogogan.
Namun, wifi itu justru kerap digunakan anak-anak dan remaja untuk bermain game online.
"Biasanya itu anak-anak. Paling besar mungkin kelas 1 SMP," ucap Hermanto.
Baca juga: Saat Program Internet Gratis JakWifi Dipakai Anak-Anak untuk Main Game Online...
Hermanto mengaku kerap menyaksikan langsung saat anak-anak memanfaatkan wifi gratis untuk kegiatan bermain game hingga menonton video.
Menurut dia, anak-anak kerap berkumpul di titik wifi itu pada sore hingga malam hari.
"Itu biasanya sore, magrib sampai malam. Itu anak-anak pada kumpul lalu main game mobile legend," ucap Hermanto.
Program internet gratis JakWifi diluncurkan oleh Pemprov DKI pada 2020 lalu, untuk membantu anak-anak yang melakukan pembelajaran jarak jauh.
Namun pada tahun ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengurangi titik wifi gratsi di Ibu Kota dari 3.500 titik menjadi 1.263 titik pada tahun ini.
Baca juga: Pemprov DKI Kurangi Titik JakWifi, PDI-P: Masyarakat Miskin Perlu Internet
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfotik) DKI Raides Aryanto mengatakan hal itu dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat setelah pandemi Covid-19.
"Karena pengurangan anggaran, jadi kuantitas berkurang," kata Raides, dilansir dari Antara, Selasa (3/1/2023).