Raides berujar, Diskominfotik sebelumnya mengajukan anggaran sebesar Rp 174 miliar, namun yang disetujui sebesar Rp 56 miliar.
Berdasarkan hasil survei, lanjut dia, pada Desember 2021, sekitar 56 persen jaringan internet gratis, Jakwifi, digunakan untuk kepentingan pembelajaran jarak jauh karena saat itu dalam rangka pengendalian pandemi Covid-19.
Begitu juga survei pada Maret 2022, Jakwifi masih digunakan untuk pembelajaran jarak jauh karena masih pandemi Covid-19.
Namun, berdasarkan hasil survei terakhir pada 2022, Jakwifi untuk kepentingan pembelajaran jarak jauh sudah menurun menjadi 27,5 persen.
Baca juga: Pemprov DKI Kurangi Titik JakWifi, Pengamat Ingatkan Pemasangan Wifi harus Tepat Sasaran...
Selebihnya, kata dia, berdasarkan hasil survei, Jakwifi digunakan untuk kepentingan hiburan dan informasi.
"Pada masa peralihan pandemi ke endemi tahun lalu (2022), pada November terjadi penurunan 27,5 persen. Sebanyak 50,7 persen itu digunakan masyarakat untuk hiburan, cari informasi," katanya.
Meski secara kuantitas titik wifi berkurang, lanjut dia, akses jaringan internet gratis di rukun warga (RW) di Jakarta masih tetap ada dan tidak dihilangkan atau dihapus.
“Tidak ada internet yang mati di masyarakat, (hanya) berkurang jumlah titiknya," kata Raides.
"Nanti pertengahan tahun ini, kami akan evaluasi lagi, lihat lagi tingkat penggunaan masyarakat. Kalau tinggi, kami akan sampaikan di APBD perubahan," ucap dia menambahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.