Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Orang Berburu Pengobatan Ida Dayak, Pengamat: Masih Ada Fasilitas Kesehatan yang Belum Memadai

Kompas.com - 07/04/2023, 12:42 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ribuan orang tumpah ruah di area lapangan Kostrad Cilodong, Depok, pada Senin (3/4/2023), sejak pagi hari.

Mereka sengaja hadir untuk menjalani pengobatan alternatif Ida Dayak. Namun, pelaksanaan pengobatan alternatif itu terpaksa dibatalkan karena massa terlalu padat dan berujung ricuh.

Melihat fenomena itu, pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, menjelaskan salah satu alasannya karena ada kelompok masyarakat di wilayah tertentu terkendala akses untuk ke fasilitas kesehatan.

"Kalau pun sudah bisa mengakses, ahlinya belum tentu ada. Karena di dunia medis itu dikenal ada yang namanya spesialis," tutur Devie, kepada Kompas.com, Jumat (7/4/2023).

Baca juga: Fenomena Ida Dayak, Pengamat: Pengobatan Alternatif Masih Jadi Bagian dari Tradisi Indonesia

Selain itu, kata Devie, kebanyakan orang masih berpikir bahwa pengobatan alternatif itu lebih ekonomis. Menurut dia, lewat pengobatan alternatif biasanya seseorang hanya perlu membayar layanan kesehatan sesuai dengan kemampuannya.

"Bahkan, ada juga yang tidak perlu membayar,"ungkap Devie.

Sementara itu, pengobatan medis yang selama ini dirasakan masyarakat itu biayanya sudah ditetapkan berdasarkan masing-masing keahliannya.

"Ini yang membuat kalangan tertentu pengobatan alternatif sebagai pilihan yang cepat lalu juga menguntungkan secara ekonomi karena mereka bisa bayar sesuai dengan kemampuan," ungkap Devie.

Bahkan, Devie berujar tidak menutup kemungkinan pilihan pengobatan alternatif juga digandrungi kelangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas jika dianggap lebih membantu mereka.

Baca juga: Ribuan Orang Berburu Ida Dayak, Pengamat: Penyembuhan secara Medis Dianggap Butuh Proses Lebih Lama

Alasan lainnya, masyarakat pilih pengobatan alternatif karena eklektik, yaitu kebiasaan orang yang memadukan pendekatan apa pun atas nama kesehatan.

"Jadi, ini tidak ada hubungannya dengan kegagalan sistem negara. Sama sekali tidak. Karena bahkan di luar negeri pendekatan alternatif ini menjadi bagian kesehatan pelengkap atau complementary," kata Devie.

Bahkan, kata Devie, cara pengobatan ini juga sudah dipelajari sistemnya secara ilmiah sehingga bisa ditemukan polanya. Ujungnya, kata dia, apa yang baik dari pendekatan pengobatan Ida Dayak tidak akan berhenti di situ dan dipelajari oleh orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com