BOGOR, KOMPAS.com - Ratusan sopir angkutan perkotaan (angkot) di Kota Bogor, Jawa Barat, mogok beroperasi, Senin (17/4/2023).
Selain itu, mereka juga menggelar aksi unjuk rasa di Balai Kota Bogor, Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bogor, hingga Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor.
Dalam aksinya, para sopir angkot menuntut agar Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor segera memberlakukan tarif terhadap operasional Biskita Transpakuan.
Baca juga: Biskita Trans Pakuan Kota Bogor Dapat Penghargaan Sebagai Transportasi Publik Ramah Anak
Menurut para sopir, banyak masyarakat yang akhirnya beralih menggunakan layanan Biskita Transpakuan sehingga berdampak pada pemasukan mereka.
Koordinator Aksi, Rusdian menyebut, para pengunjuk rasa juga meminta agar operasional Biskita Transpakuan dihentikan sementara sampai diberlakukannya tarif tersebut.
"Kami tadi meminta kepada Wali Kota supaya Biskita ini harus berbayar. Sambil menunggu diberlakukan tarif, kami minta Biskita berhenti beroperasi," kata Rusdian.
Rusdian menambahkan, tuntutan lain para sopir angkot adalah meminta penundaan program penataan angkutan umum hingga pembangunan jembatan di Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista).
Ia menyebut, aksi unjuk rasa para sopir angkot akan terus dilakukan apabila tuntutan mereka tidak segera direalisasikan.
Baca juga: Pemkot Bogor Lakukan Kajian untuk Tetapkan Tarif Biskita Transpakuan
"Kami minta agar saat pembangunan Jembatan Otista tidak menutup jalur angkot. Karena itu bakal berdampak besar terhadap rute sejumlah angkot dan penumpang," sebutnya.
Sementara itu, imbas dari mogoknya angkot di Kota Bogor membuat sejumlah calon penumpang di Terminal Laladon terlantar.
Salah satu calon penumpang, Suwardi (52), mengaku sudah terlantar lebih dari satu jam karena tidak ada angkot menuju ke Kota Bogor.
Suwardi mengaku tidak mengetahui soal adanya aksi mogok massal itu. Kata dia, seharusnya informasi itu diberitahukan terlebih dulu sehingga masyarakat bisa mengantisipasi.
"Kalau kayak gini kan yang dirugikan kami, masyarakat," ketus dia.
Baca juga: Kadishub Ungkap Asal-usul Kebijakan Hapus Jalur Sepeda dan Trotoar di Pasar Santa
Herlina (34), warga lainnya terpaksa harus memesan ojek online untuk sampai ke tempat kerjanya.
Meski harus mengeluarkan biaya lebih besar, yang terpenting baginya tidak sampai telat masuk kerja.
"Enggak ada angkot, jadi terpaksa pake ojol. Meski ongkosnya mahal, enggak apa-apalah yang penting nyampe," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.