JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu korban kebakaran di Muara Angke, Jakarta Utara, Parmi (53) mengharapkan pemerintah bisa merenovasi rumahnya.
Menurutnya, akses di kawasan Tembok Bolong ini sangat strategis untuk bepergian ke mana-mana. Apalagi jalur ini juga dilewati Transjakarta dan Jak Lingko.
"Iya saya berharap begitu (direnovasi) dari pemerintah, diganti jadi baru jangan dipindahkan, pokoknya kami berharap dibangun lagi rumah," ujar dia saat ditemui di posko pengungsian, Minggu (23/4/2023).
"Karena di sini aksesnya gampang mau ke mana pun misalnya kerja ya akses mudah. Karena Transjakarta lewat sini tujuan Pelabuhan Muara Angke ke Kota, JakLingko yang gratis juga lewat, mau ke mana pun gampang," kata Parmi.
Baca juga: Cerita Korban Kebakaran Muara Angke: Cucu Saya Nangis Bilang Komputerku untuk Sekolah Terbakar
Rumah gubuk Parmi diketahui hangus akibat amukan si jago merah pada Sabtu (22/4/2023) dini hari kemarin. Hal itu bertepatan saat malam takbiran perayaan Idul Fitri 1444 H.
Parmi bercerita, ia membeli rumah gubuk tersebut baru tiga bulan ke belakang. Karena itu, ia masih belum sempat mengurus surat-surat kepemilikan.
"Rumah gubuk ini saya beli baru tiga bulan lalu, belum sempat urus surat kepengurusan," ujar Parmi.
Jika rumah gubuknya tidak dibangun kembali, ia pun mengeluh jika harus mengontrak. Ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 850.000 per bulannya.
Hal itu dikarenakan umurnya yang sudah tua, tidak mampu bekerja seperti dahulu.
"Kalau kita ngontrak di daerah sini itu sebulan Rp 850.000," kata Parmi.
"Seorang nenek seperti saya enggak kuat bayar. Saya sudah janda, suami saya sudah meninggal. Enggak kuat saya," keluh dia.
Baca juga: Kondisi Terkini Kebakaran Muara Angke: Banyak Warga Bersihkan Sisa Puing Rumah
Selain ia harus menyiapkan biaya kontrakan yang mahal, Parmi juga harus menyediakan dana tambahan untuk kebutuhan sehari-hari rumahnya seperti air bersih.
Bahkan, ia juga harus memikirkan lagi untuk biaya kebutuhan sekolah bagi cucunya.
"Terus juga air bersih beli, kadang gerobakan, galon, pasti kebutuhan tambah gitu, sedangkan saya sudah tua umur saya berapa, belum juga kebutuhan sekolah cucu," terang dia.
Menurut Parmi, mengontrak di kawasan ini juga bukan merupakan solusi untuk Warga Tembok Bolong.
Hal itu dikarenakan posisi kontrakan yang sempit, membuat warga yang mempunyai anak banyak pasti tidak muat.
"Apalagi kalau ngontrak kamar sempit, yang keluarga di sini anaknya tiga atau empat pasti kan enggak muat," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.