JAKARTA, KOMPAS.com - Sinar mentari pagi menemani langkah kami ketika menginjakkan kaki di Museum Layang-layang Indonesia.
Museum ini terletak di antara padatnya permukiman di Jalan H Kamang No 38, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Berbeda dari kebanyakan tempat, Museum Layang-layang Indonesia memiliki bangunan yang bentuknya mirip dengan rumah gedongan.
Tidak ada gapura selamat datang, hanya ada spanduk bertuliskan "Museum Layang-layang Indonesia" di depan pagar yang menjadi pembeda bahwa bangunan ini bukan sekadar tempat tinggal biasa.
Dalam kesempatan ini, Kompas.com disambut oleh seorang pemandu bernama Asep Irawan. Pria asal Bandung itu menyambut kedatangan kami dengan senyum ramahnya di loket pembelian tiket.
Baca juga: Gratis untuk Umum, Berikut Jam Buka Museum Gedung Juang 45 Bekasi
Setelah membayar tiket seharga Rp 25.000 per orang, kami langsung diajak berkeliling ke dalam museum seluas 2.750 meter persegi.
"Museumnya ada di dalam pendopo, silakan lewat sini," ujar Asep sembari memberitahu bahwa kami adalah pengunjung perdana hari ini, Minggu (14/5/2023).
Museum Layang-layang Indonesia tidak hanya menyimpan koleksi dari dalam negeri saja. Koleksi layangan dari luar negeri juga tampak terawat dengan baik di dalam museum.
Jumlah koleksi layangan, kata Asep, ada sekitar 200-300 buah. Seluruh layangan merupakan koleksi pribadi sang pemilik museum, Endang W. Puspoyo.
"Semua koleksi punya Ibu Endang. Dia sudah aktif mengumpulkan layangan dari dalam dan luar negeri sejak tahun 80-an," tutur Asep sambil menunjukkan sebuah layang-layang yang berasal dari Turki.
Baca juga: Cara Membuat dan Menghias Layang-layang
Selama 40 tahun berkecimpung sebagai penghobi layang-layang, Endang telah mengoleksi ratusan layangan dari berbagai daerah dan negara.
Hampir semua negara di Asia, terutama Asia Tenggara, sudah ditapaki Endang untuk memuaskan hobinya sekaligus membawa pulang layang-layang yang belum masuk daftar koleksinya.
"Saya kenal beliau sejak tahun 1987. Sejak saat itu saya sering menemaninya untuk mengikuti event atau lomba layang-layang. Terkini saya baru saja menemani Ibu Endang untuk ikut acara di Kamboja," tutur dia.
Baca juga: Pilot Melihat Banyak Layang-layang, tapi Sulit Dihindari
"Sebelum ke Kamboja, kami sempat mengunjungi negara-negara di Eropa, antara lain Prancis dan Belanda," lanjut Asep.
Tidak hanya melihat ratusan koleksi layang-layang, dengan tiket Rp 25.000, kami juga mendapatkan paket melukis untuk mengasah kreativitas.